PENGERTIAN POLAINTERAKSI,
KEEFEKTIFAN, KEKOMPAKAN & KETERGANTUNGAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
ELIZABET NOVITA TARIGAN (1153371010)
IRA NATASYA TARIGAN (1153371013)
LISTER TUMANGGER (1141171012)
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
20116
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat-Nya pada kita semua sehingga saya bisa menyelesikan Makalah tersebut.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mata kuliah “Dinamika Kelompok” yang diberikan oleh Prof.Dr. yusnadi, Ms
selaku dosen yang membimbing. Dalam kesempatan ini penulis sampaikan terima
kasih kepada Bapak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan ilmu yang
sangat berharga buat penulis.
Penulis amat menyadari bahwa pembuatan Makalah ini tidak
sempurna adanya, namun banyak kekurangan baik dari sisi substansi, maupun
teknis penulisan. Dengan demikian, kritik dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini amat penulis harapkan.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………...... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………................. ….. 1
B.
Tujuan…………..………………………………...……...………..….. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pola Interaksi…………….…………………………………………... 2
B. Keefektifan Kelompok…….…………………………………….……. 7
C. Kekompakan Kelompok ……………………………………………..
9
D. Ketergantungan Kelompok …………………………………………... 11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………... 14
B. Saran……………………………………………………………………. 14
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………….…….. 15
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN POLA INTERAKSI
Interaksi merupakan hubungan antarmanusia yang sifat dari
hubungan tersebut adalah dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu
mengalami dinamika. Hubungan antara
manusia satu dan lainnya disebut interaksi. Dari interaksi akan menghasilkan
produk-produk interaksi, yaitu tata pergaulan yang berupa nilai dan norma yang
berupa kebaikan dan keburukan dalam ukuran kelompok tersebut. Pandangan tentang
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk tersebut mempengaruhi
perilaku sehari-hari
Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi
saling memengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa
manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan
yang lain. Ada beberapa pengertian interaksi sosial yang ada di lingkungan
masyarakat, di antaranya; Menurut H. Booner dalam bukunya, Sosial
Psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa: “interaksi
sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu
yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu lain atau
sebaliknya.” Menurut Gillin and Gillin yang menyatakan bahwa “interaksi sosial
adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual. Antarkelompok
orang, dan orang perorang dengan kelompok.”
Dengan demikian pada dasarnya, interaksi ialah hubungan
antar inividu, kelompok, dimana dengan adanya hubungan itu dapat saling
mempengaruhi, merubah baik dari yang buruk menjadi lebih baik atau sebaliknya.
Dalam kamus bahasa Indonesia, pola artinya adalah “gambar,
corak, model, sistem, cara kerja, bentuk, dan struktur”. Sedangkan
interaksi artinya hal yang saling melakukan aksi, berhubungan,
memengaruhi, dan antar hubungan. Apabila kata tersebut dikaitkan
dengan interaksi maka dapat diartikan pola interaksi adalah bentuk dasar cara
komunikasi individu dengan individu atau individu dengan kelompok atau kelompok
dengan individu dengan memberikan timbal balik antara pihak satu dengan yang
lain dengan maksud atau hal-hal tertentu guna mencapai tujuan.
Dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia, M. Ali menyatakan
bahwa pola adalah gambar yang dibuat contoh / model. Jika dihubungkan dengan
pola interaksi adalah bentuk-bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Interaksi
yang bernilai pendidikan dalam dunia pendidikan ataupun yang disebut dengan
interaksi edukatif, sebagai contoh dari pola interaksi adalah dalam hal seorang
guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan suatu kelompok manusia di dalam
kelas. Di dalam interaksi tersebut pada taraf pertama akan tampak bahwa guru
mencoba untuk menguasai kelasnya supaya proses interaksi berlangsung dengan
seimbang, di mana terjadi saling pengaruh-mempengaruhi antara kedua belah
pihak. Sebagai contoh lain seorang guru mengadakan diskusi diantara anak
didiknya untuk memecahkan sebuah persoalan, disinilah proses interaksi itu akan
terjadi, adanya saling memberikan pendapat yang berbeda satu sama lain.
Dapat disimpulkan bahwa pola interasksi merupakan suatu
cara, model, dan bentuk-bentuk interaksi yang saling memberikan pengaruh dan
mempengaruhi dengan adanya timpal balik guna mencapi tujuan. Guru sebagai
pengajar memiliki peran penting utuk dapat mengatur jalannya kegiatan belajar
mengajar melalui pola interaksi dimana guru berperan sebagai pemberi aksi
melalui pengajaran dan juga bisa menjadi penerima aksi melalui
pertanyaan-pertayaan yang diajukan oleh siswa. Sebaliknya siswa pun memiliki
peran yang sama dengan guru bisa sebagai pemberi aksi melalui melalui
pertanyaan-pertayaan yang diajukan olehnya dan juga bisa menjadi menjadi
penerima aksi melaui belajar dan mendengarkan. Namun, kerjasama dapat sangat
membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar yang diperlukan oleh guru dan
siswa.
Pola Interaksi Sosial
Interaksi
sosial yang terjadi antara individu dan individu, individu dan kelompok, dan
kelompok dan kelompok bersifat dinamis dan mempunyai pola tertentu. Apabila
interaksi sosial tersebut diulang menurut pola yang sama dan bertahan untuk
jangka waktu yang lama, akan terwujud hubungan sosial yang relatif mapan.
Pola
interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.
Berdasarkan kedudukan sosial (status) dan peranannya. Contohnya, seorang
guru yang berhubungan dengan muridnya harus mencermin kan perilaku seorang
guru. Sebaliknya, siswa harus menaati gurunya.
b.
Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu
titik yang merupakan hasil dari kegiatan tadi. Contohnya, dari adanya
interaksi, seseorang melakukan penyesuaian, pembauran, terjalin kerja sama,
adanya per-saingan, muncul suatu pertentangan, dan seterusnya.
c.
Mengandung dinamika. Artinya, dalam proses interaksi sosial terdapat
berbagai keadaan nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah pada
kesempurnaan maupun kehancuran. Contohnya, penerapan nilai-nilai agama dalam
kehidupan masyarakat dapat menciptakan keteraturan sosial.
d.
Tidak mengenal waktu, tempat, dan keadaan tertentu. Berarti interaksi
sosial dapat terjadi kapan dan di manapun, dan dapat berakibat positif atau
negatif terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya, sebuah sekolah yang terkenal
memiliki disiplin dan tata tertib yang ketat dan mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat, pada suatu ketika menjadi tercemar karena ada siswanya yang
melakukan tindakan amoral.
Klasifikasi
interaksi sosial. Berdasarkan bentuknya, interaksi sosial dapat
diklasifikasikan menjadi tiga pola, yaitu sebagai berikut.
a.
Pola
Interaksi Individu dengan Individu
Dalam mekanismenya, interaksi ini dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan yang mengakibatkan munculnya beberapa fenomena, seperti jarak sosial, perasaan simpati dan antipati, intensitas, dan frekuensi interaksi.
Dalam mekanismenya, interaksi ini dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan yang mengakibatkan munculnya beberapa fenomena, seperti jarak sosial, perasaan simpati dan antipati, intensitas, dan frekuensi interaksi.
Jarak
sosial sangat dipengaruhi oleh status dan peranan sosial. Artinya, semakin
besar perbedaan status sosial, semakin besar pula jarak sosialnya, dan
sebaliknya. Anda mungkin pernah menyaksikan “si kaya” (bersifat superior) yang
suka menjaga jarak dengan “si miskin” (bersifat inferior) dalam pergaulan
sehari-hari karena adanya perbedaan status sosial di antara mereka. Apabila
jarak sosial relatif besar, pola interaksi yang terjadi cenderung bersifat
vertikal, sebaliknya apabila jarak sosialnya kecil (tidak tampak), hubungan
sosialnya akan berlangsung secara horizontal.
Simpati
seseorang didasari oleh adanya kesamaan perasaan dalam berbagai aspek kehidupan.
Sikap ini dapat pula diartikan sebagai perasaan kagum atau senang terhadap
orang lain ketika salah satu pihak melakukan sebuah tindakan ataupun terjadi
interaksi di antara keduanya. Adapun antipati muncul karena adanya perbedaan
penafsiran terhadap sesuatu sehingga menimbulkan perasaan yang berbeda dengan
pihak lain.
Dua
orang saudara bisa saja tidak saling mengenal akibat intensitas dan frekuensi
interaksi di antara keduanya tidak ada atau jarang sekali terjadi. Akan tetapi,
dua orang yang baru berkenalan bisa saja menjadi sahabat bahkan saudara karena
intensitas dan frekuensi interaksinya yang sering.
Pola interaksi individu dengan individu ditekankan pada aspekaspek individual, yang setiap perilaku didasarkan pada keinginan dan tujuan pribadi, dipengaruhi oleh sosio-psikis pribadi, dan akibat dari hubungan menjadi tanggung jawabnya. Contohnya, seseorang sedang tawar menawar barang dengan pedagang di kaki lima; dua insan sedang berkasih-kasihan; orang-orang bertemu di jalan dan saling menyapa.
Pola interaksi individu dengan individu ditekankan pada aspekaspek individual, yang setiap perilaku didasarkan pada keinginan dan tujuan pribadi, dipengaruhi oleh sosio-psikis pribadi, dan akibat dari hubungan menjadi tanggung jawabnya. Contohnya, seseorang sedang tawar menawar barang dengan pedagang di kaki lima; dua insan sedang berkasih-kasihan; orang-orang bertemu di jalan dan saling menyapa.
b.
Pola
Interaksi Individu dengan Kelompok
Pola
ini merupakan bentuk hubungan antara individu dan individu sebagai anggota
suatu kelompok yang menggambarkan mekanisme kegiatan kelompoknya. Dalam hal
ini, setiap perilaku didasari kepentingan kelompok, diatur dengan tata cara
yang ditentukan kelompoknya, dan segala akibat dari hubungan merupakan tanggung
jawab bersama. Contohnya, hubungan antara ketua dengan anggotanya pada karang
taruna tidak dikatakan sebagai hubungan antarindividu, tetapi hubungan
antarindividu dengan kelompok sebab menggambarkan mekanisme kelompoknya.
Pola
interaksi individu dengan kelompok memiliki beberapa bentuk ideal yang
merupakan deskripsi atau gambaran dari pola interaksi yang ada di masyarakat. Harold
Leavitt, menggambarkan terdapat empat pola interaksi ideal, yaitu pola
lingkaran, pola huruf X, pola huruf Y, dan pola garis lurus.
Bentuk-Bentuk
Pola Interaksi Sosial
Pola
lingkaran merupakan pola interaksi yang menunjukkan adanya kebebasan dari
setiap anggota untuk berhubungan dengan pihak manapun dalam kelompoknya
(bersifat demokratis), baik secara vertikal maupun horizontal. Akan tetapi,
pola ini sulit dalam menentukan keputusan karena harus ditetapkan bersama. Pola
huruf X dan Y ditandai dengan terbatasnya hubungan antaranggota kelompok sebab
hubungan harus dilakukan melalui birokrasi yang kaku, tetapi mekanisme kelompok
mudah terkendali karena adanya pemimpin yang dapat menguasai dan mengatur
anggotanya walaupun dipaksakan.
Pola
garis lurus hampir sama dengan pola huruf X dan Y, yang di dalamnya hubungan
antaranggota tidak dilakukan secara langsung atau melalui titik sentral. Akan
tetapi, pihak yang akan menjadi mediator dalam hubungan tersebut, bergantung
pada individu-individu yang akan berhubungan seperti pada pola lingkaran.
Terbatasnya hubungan antaranggota pada pola ini bukan karena otoritas pemimpin,
melainkan keterbatasan wawasan setiap anggota dalam berhubungan karena adat
istiadat dalam masya rakat. Oleh karena itu, pola garis lurus biasanya
menyangkut aspek-aspek kehidupan yang khusus.
c.
Pola
Interaksi Kelompok dengan Kelompok
Hubungan
ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan pola yang tampak. Pola interaksi
antarkelompok dapat terjadi karena aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga
di dalamnya perbedaan jenis kelamin dan usia, institusi, partai, organisasi,
dan lainnya. Misalnya, kehidupan dalam masyarakat yang saling berbaur walaupun
mereka berbeda agama, etnis atau ras; rapat antarfraksi di DPR yang membahas
tentang RUU.
Tahapan Interaksi Sosial
Interaksi
sosial merupakan suatu proses sosial. Dalam hal ini, terdapat tahapan yang bisa
mendekatkan dan tahapan yang bisa merenggangkan orang-orang yang saling
berinteraksi. Tahap yang mendekatkan diawali dari tahap memulai (initiating),
menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan
(integrating), dan mempertalikan (bonding).
Contohnya, pada saat Anda memulai masuk sekolah, kemudian menjajaki hubungan dengan orang lain melalui tegur sapa, saling berkenalan, dan bercerita. Hasil penjajakan ini dapat menjadi dasar untuk memutuskan apakah hubungan Anda akan ditingkatkan atau tidak dilanjutkan. Jika hubungan sudah semakin meningkat, biasanya muncul perasaan yang sama atau menyatu untuk kemudian menjalin tali persahabatan.
Contohnya, pada saat Anda memulai masuk sekolah, kemudian menjajaki hubungan dengan orang lain melalui tegur sapa, saling berkenalan, dan bercerita. Hasil penjajakan ini dapat menjadi dasar untuk memutuskan apakah hubungan Anda akan ditingkatkan atau tidak dilanjutkan. Jika hubungan sudah semakin meningkat, biasanya muncul perasaan yang sama atau menyatu untuk kemudian menjalin tali persahabatan.
Pada tahap yang meregangkan, dimulai tahap membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing), menahan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating). Contohnya, di antara dua orang yang dahulunya selalu bersama. Kemudian, mulai melakukan kegiatan sendiri-sendiri. Oleh karena sering tidak bersama lagi, pembicaraan di antara mereka pun mulai dibatasi. Dalam hal ini, antarindividu mulai saling menahan sehingga tidak terjadi lagi komunikasi. Hubungan lebih mengarah pada terjadinya konflik sehingga walaupun ada komunikasi hanya dilakukan secara terpaksa.
B. PENGERTIAN KEFEKTIFAN
James L. Gibson (1993),
memandang konsep keefektifan organisasi dari tiga perpektif, yaitu; 1)
keefektifan individu, 2) keefektifan kelompok, dan 3) keefektifan organisasi.
Keefektifan Individu
Pandangan
keefektifan individu menempati tingkat yang paling dasar dalam konteks
keefektifan organisasi, karena diasumsikan bila tiap anggota organisasi
melakukan tugas pekerjaannya dengan efektif, maka keefektifan organisasi secara
keseluruhan akan timbul. Pandangan dari segi individu menekankan kinerja
karyawan atau anggota tertentu dari organisasi. Tugas yang harus dilaksanakan
biasanya ditetapkan sebagai bagian dari pekerjaan atau posisi dalam organisasi.
Kinerja individu dinilai secara rutin lewat proses evaluasi hasil karya
yang merupakan dasar bagi kenaikan gaji, promosi, dan imbalan lain yang
tersedia dalam organisasi. Penyebabnya ditentukan berbagai faktor, antara lain:
keterampilan, pengetahuan, kecakapan, sikap, motivasi, dan stres.
Keefektifan Kelompok
Orang di
dalam organisasi jarang bekerja sendirian melainkan bekerja sama dengan orang
lain (kelompok). Jadi, selain pandangan keefektifan individu, terdapat
pula pandangan keefektifan dari segi kelompok.Dalam
beberapa hal, keefektifan kelompok adalah jumlah kontribusi dari semua
anggotanya. Misalnya, bagi kelompok ilmuawan mengerjakan proyek-proyek
individual, yang tidak saling berhubungan, maka besarnya keefektivan sama
dengan jumlah keefektifan dari tiap-tiap individu. Dalam beberapa hal lain,
keefektifan kelompok adalah lebih besar dari jumlah kontribusi tiap-tiap
individu. Contoh semacam itu adalah lini perakitan yang menghasilkan
produk jadi sebagai hasil sumbangan khusus, tetapi kumulatif dari kontribusi
tiap-tiap individu. Penyebabnya antara lain: kekompakan, kepemimpinan,
struktur, status, peran dan norma.
Keefektifan Organisasi
Organisasi terdiri dari
individu-individu dan kelompok-kelompok. Karena itu keefektifan organisasi
terdiri dari keefektifan individu dan kelompok. Namun demikian,
keefektifan organisasi adalah lebih banyak dari jumlah keefektifan
individu dan kelompok; lewat pengaruh sinergi (kerja sama), organisasi mampu
mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatnya daripada jumlah hasil
karya tiap-tiap bagiannya. Sebenarnya, alasan bagi organisasi sebagai
alat untuk melaksanakan pekerjaan masyarakat adalah bahwa organisasi itu dapat
melakukan pekerjaan yang lebih banyak daripada yang mungkin dilakukan oleh
individu. Faktor penyebabnya: lingkungan, teknologi, strategi, struktur,
proses dan budaya.
Ketiga pandangan keefektifan
organisasi tersebut di atas divisualisa-kan pada gambar X.1
Dari uraian di atas tampak
bahwa keefektifan merupakan konsep yang sangat komplek. Banyak dimensi yang
terkait di dalamnya.
Dalam organisasi modern
keefektifan lebih banyak dilihat dari sudut sistem.
Sebagaimanan telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu, organisasi dapat
dipandang sebagai suatu sistem yang mekanisme kerjanya mencakup transformasi
input menjadi out put. Organisasi itu sendiri hidup ditengah-tengah sistem lain
sehingga dipengaruhi dan juga mempengaruhi sistem-sistem yang lain. Dengan kata
lain dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan. Konsekuensinya, keberhasilan
organisasi selain ditentukan oleh faktor intern ditentukan pula oleh faktor
lingkungan tersebut.
Setiadi,Elly
M, dkk. Ilmu sosial dan Budaya Dasar. (Jakarta : Kencana
Prenada Media Grup. 2007) h. 90-91
Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa. (Jakarta.
PT Gramedia Pustaka Utama. 2008) h. 1088
Ibid,
hlm 542
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2261303-pengertian-pola-interaksi/ diakses pada tanggal 18 Oktober 2013 pukul 15.18 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar