Merupakan sindrom atau pola perilaku, atau psikologik
seseorang yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan atau gangguan didalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah
disfungsi dalam segi perilaku, psikologik atau biologik, dan gangguan itu tidak
semata-mata terletak didalam hubungan antara orang dengan masyarakat (Rusdi
Maslim, 1998).
Klasifikasi Gangguan Jiwa
Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari
perilaku normal dari abnormal. Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti
sehat dan sakit, tetapi bisa juga digunakan dalam arti lain. Sejumlah gejala
psikiatri berbeda tajam dari normal dan hampir selalu menunjukkan penyakit ( Ingram
et al., 1993): Gangguan Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama, yaitu
penyakit mental dan cacat mental. Cacat mental suatu keadaan yang mencakup
difisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia dini. Penyakit
mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan sebelumnya, kelainan
yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian dalam kehidupan
- Penyakit
mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis. Kategori
ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan. Psikoneurosis
merupakan keadaan lazim yang gejalanya dapat dipahami dan dapat diempati.
Psikosis merupakan penyakit yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak
dapat diempati serta klien sering kehilangan kontak realita.
- Istilah
fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan digunakan untuk
membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada gangguan fungsi, tanpa
kelainan patologi yang dapat dibuktikan
Penyebab Gangguan Jiwa
Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan
jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan
(somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik),
(Maramis, 1994). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa
penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau
kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa.
Macam-Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah
gejala-gejala yang psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam
gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik,
skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan,
gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan
dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku
masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan
perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.
1). Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa
fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang
terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai
dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab
dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak
mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal.
Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi
sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan
spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak
” cacat ” (Ingram et al.,1995).
2). Depresi
Depresi merupakan satu masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah
satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus
asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan
yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada
diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah
gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam
perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis,
putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif
dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang
merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu
misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan
kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan
tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan
(mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas
(Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan
abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus
berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson,
2000).
3). Kecemasan
Kecemasan sebagai pengalaman psikis
yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu
individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991).
Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari
ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya
tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari
kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995)
mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang
meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
4). Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan
kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada
orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan
bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi
sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi.
Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif
atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian
anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik,
kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat,
Maslim (1998).
5). Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau
non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994).
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang
terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang
terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja,
tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak
dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan
gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi
psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada
suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.
6). Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan
fungsi badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang
memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat
tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat
disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya
fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan
psikofisiologik.
7). Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa
yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya
hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan sosial (Maslim,1998).
8). Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku
yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat
(Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran
dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau
mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling
mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat
kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada
gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan
perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak,
dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka
dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar