Bangtan Sonyeondan

Bangtan Sonyeondan

Sabtu, 17 Maret 2018

Tugas Pendidikan Psikologi : KARAKTERISTIK BELAJAR

Tugas Pendidikan Psikologi
KARAKTERISTIK BELAJAR
Dosen : Mirza Irawan, S.Pd. M.Pd Kons
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1.     NAUFALIYAH MENDROFA                      (1153171017)
2.     IRA NATASYA TARIGAN                          (1153371013)
3.     RISKA NURDIAINI                                      (1153371020)
4.     SEPTIAN ANUGRAH                                  (1153171021)
5.     VERONIKA                                                   (1151171023)
6.    VIVI SIHOTANG                                          (1151171026)


logo unimed
logo unimed










PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan khadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas Berkat dan Rahmatnya makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Adapun tugas ini mengenai Karakteristik Belajar dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik itu dalam penerapan kata maupun penulisan huruf dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari kesempurnaan baik itu dalam penerapan kata maupun penulisan huruf dan lain sebagainya. Dan untuk membantu kami dalam membuat makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai kata pengantar dalam makalah ini, atas perhatiannya kami ucapan terimakasih.




Medan, Maret 2018

(Kelompok 3)







DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
Bab I : Pendahuluan......................................................................................................... 1
A.     Latar Belakang................................................................................................. 1
B.     Masalah .............................................................................................................1
C.     Tujuan Penulisan ............................................................................................... 1
Bab II : Pembahasaan....................................................................................................... 2
A.       Karakter Belajar ............................................................................................   2
B.        Karakter Belajar Dalam Berbagai Dimensi ..................................................... 3
Bab III : Penutup............................................................................................................... 9
A.    Kesimpulan ....................................................................................................... 9
Daftar Pustaka................................................................................................................... 10











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Prinsip pendidikan yang menekankan bahwa semua berhak mendapat pelayanan yang bermutu dan tidak boleh tertinggal dari yang lain merupakan alasan kuat mengapa perbedaan individu perlu diperhatikan dalam pendidikan. Tidak hanya berbeda dari segi penampilan fisik, tetapi juga dari dimensi lainnya, seperti : intelegensi, bakat, minat, gaya belajar, dan gaya berpikir, latar belakang keluarga. Perbedaan ini guru sebagai pendidik harus memahami perbedaan itu. Selain itu guru juga perlu memperhatikan kebutuhan belajarnya  terutama yang berkebutuhan khusus.
Karakteristik merupakan ciri-ciri perseorangan yang bersumber dari latar belakang pengalaman yang dimiliki peserta didik termasuk aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, cirri fisik serta emosional yag berpengaruh terhadap keefektifan pembelajaran.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Seseorang menjadi dewasa karena dia telah melewati sebuah proses yang direncanakan maupun tidak direncanakan, ia belajar sesuatu dari berbagai aspek kehidupan baik itu formal maupun nonformal.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik belajar adalah bagaimana cara atau ciri-ciri yang dimiliki oleh peserta didik dalam belajar baik itu dari kemampuan umum, cirri fisik serta emosionalnya. Dan guru sebagai tenaga pendidik perlu memahami karakteristik tersebut untuk mengetahui perbedaan dan kebutuhan belajarnya agar guru dapat memberikan pelayanan yag sesuai dengan karakteristik tersebut.
B.     Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan karakteristik belajar ?
2.      Bagaimana karaktristik belajar dalam berbagai dimensi ?
C.    Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan makna karakteristik belajar dan mendeskripsikan karakteristik belajar dalam berbagai dimensi.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Karakter Belajar
Karakteristik merupakan ciri-ciri perseorangan yang bersumber dari latar belakang pengalaman yang dimiliki peserta didik termasuk aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ciri fisik serta emosional yag berpengaruh terhadap keefektifan pembelajaran.
            Umumnya ada 3 (tiga) karakteristik belajar peserta didik, diantaranya yaitu:
1.    Auditif
Auditif bersifat mendengarkan, peserta didik baru bisa belajar dengan mendalam apabila disertai dengan mendengarkan musik, radio maupun suara alami.
2.    Visual
Visual bersifat melihat, peserta didik baru bisa belajar dengan penuh perhatian apabila disertai dengan melihat apa yang dipelajari. contohnya seperti melihat tanaman bunga, pohon besar, ikan, dan lain sebagainya.
3.    Kinestitik
Kinestitik memegang ataupun meraba, siswa baru bisa belajar dengan penuh kesungguhan apabila disertai dengan meraba atau memegang benda dari apa yang dipelajari. Contohnya seperti memegang alat-alat dapur, alat-alat tulis,  dan lain sebagainya.
Sedangkan pengerdian belajar menurut Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology: The Teaching-Learning Process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung progresif.
Chaplin dalam bukunya Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. Pakar psikologi belajar juga menambahkan bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar.  
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa  atas materi-materi yang telah ia pelajari. Secara kualitatif, proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.
Dari beberapa pengertian yang diatas dapat diketahui bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Seseorang menjadi dewasa karena dia telah melewati sebuah proses yang direncanakan maupun tidak direncanakan, ia belajar sesuatu dari berbagai aspek kehidupan baik itu formal maupun nonformal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik belajar adalah bagaimana cara atau ciri-ciri yang dimiliki oleh peserta didik dalam belajar baik itu dari kemampuan umum, ciri fisik serta emosionalnya. Dan guru sebagai tenaga pendidik perlu memahami karakteristik tersebut untuk mengetahui perbedaan dan kebutuhan belajarnya agar guru dapat memberikan pelayanan yag sesuai dengan karakteristik tersebut.
B.     Karakteristik Belajar dalam Berbagai Dimensi
Sebagai seorang guru kita harus mampu mengetahui apa saja karakteristik peserta didik yang kita didik, agar dalam penyampaian pelajaran peserta didiki bisa dengan mudah memahami pelajaran yang kita ajarkan. Dalam melihat atau mengetahui karakteristik belajar peserta didik, ada beberapa aspek yang dapat mendukung dalam melihat karakteristik peserta didki, diantaranya ialah sebagai berikut.
1.      Intelegensi
Alfred Bined pada tahun 1857-1911 bersama Theodore Simon mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah  dilaksanakan dan kempuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan  autocritism.  Tahun 1946, HH. Goddard mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisiasi masalah-masalah yang akan datang.
Dari dua definisi di atas menyangkut tentang inteligensi dapat diambil kesimpulan  bahwa inteligensi adalah kemampuan menunjukan fikiran dengan jernih, pengetahuan, mengenai masalah , kemampuan mengambil keputusan yang tepat, dan kemampuan menyelesaikan masalah secara optimal.
Tinggi rendahnya tingkat inteligensi seseorang dinyataka dengan meneterjemahkan hasil tes inteligensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat  kecerdasan seseorang  dibandingkan secar relatif terhadap suatu norma.
Beberapa ciri yang dimiliki oleh individu yang sangat tinggi atau superior berdasarkan penelitian Wolf & Steven 1982 yaitu: cepat belajart, berminar membaca, biografi, punya kecenderungan ilmiah, telah daat membaca sebelum masuk sekolah, suka belajar, punya penalaran abstrak yang baik, mampu berbicara dengan baik, tulisan tangannya jelak, tunggal, sulung, sehat jasmani, unya skor tinggi dalam berbagai prestasi, imajinasi baik, tingkat energi tinggi. 
Karakteristik individu yang digolongkan gifted secara akademis adalah sebagai berikut:
1.      Kemampuan untuk belajar tinggi. Cermat dalam mengamati situasi sosial dan alamiah , independen, cepat, efesien dalam mempelajari fakta dan prinsip-prinsip, cepat paham dalam membaca disertai oleh daya ingat yang superior.
2.      Kekuatan dan kepekaan fikiran. Siap mengungkap prinsip-prinsip yang mendasari sesuatu. Mampu melakukan analisa sintesa dan mengorganisasikan unsur-unsur, situasi-situasi kritis, diri sendiri, dan orang lain.
3.      Keingintahuan dan dorongan. Ketahanan mental, keteguhan pada tujuan, ulet, kadang-kadang menolak aturan, mamu melakukan rencana-rencana dengan ekstensif tapi bermakna. Ingin tahu segala hal. Berminar dan pandai dalam banyak hal, bosan dengan rutinitas.
Karakteristik individu yang golongan retardasi, diantaranya yaitu:
1.    Borderline (IQ 68-83)
Kekurangan individu ada golongan ini pada umumnya tampak pada proses belajar lisan dan tidak ada pada performasi motorik. Kebanyakan mereka juga mempu menyesuaikan diri dengan baik di masyarakat.
2.    Retardasi mental ringan
Klassifikasi ini diberikan keada orang dewasa dengan tingkat intelektual setara 8-11 tahun. Bila dilihat dari penyesuaian sosial mereka masih tampak normal akan tetapi mereka tidak punya daya imajinasi dan daya pertimbangan sebagimana seharusnya dimiliki oleh orang dewasa.
3.    Retardasi mental menengah (IQ 36-51)
Intelektualnya tidak berkembang melebihi tingkat berusia 40-7 tahun. Mereka mengalami kesulitan dalam memelajari sesuatu baik mempelajari kecakapan dasar maupun keterampilab khusus, imajinasi sangat terbatas. Secara fisik cara dan koordinasi gerak motoriknya buruk sehingga  tampak kakau dalam melakukan segala sesuatu.
4.      Retardasi berat (IQ 20-35)
Hidup mereka sangat tergantung ada orang lain. Mengalami hambatan dalam perkembangan kemampuan gerak dan bicara serta mengalami cacat indera.
5.      Retardasi mental parah
Kemampuan sangat terbats dalam menyesuaikan diri dan tidak mampu untuk dilatih melakukan hal-hal yang sangat sederhana. Kemampuan berbicara tidak berkembang dan sulit berkomunikasi.
Dalam hal ini pemahaman tentang penggolongan IQ akan membantu guru dalam menerapkan pendidikan. Anak  yang berada pada IQ superior maupun retardasi mental sama-sama menimbulkan masalah, sehingga perlu memberikan pendidikan  secara khusus keada mereka. Maka dari itu seorang guru harus mampu memahami situasi dan kondisi anak, seperti halnya harus mampu memahami karakteristik belajar anak yang inteligensinya tinggi dan rendah, agar dalam proses belajar mengajar daat berjalan efektif.
2.      Gaya Belajar
Gaya belajar adalah variasi atau cara yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Pada dasarnya, gaya belajar adalah metode yang terbaik memungkinkan peserta didik dalam mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik. Setiap individu memungkinkan untuk memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki kombinasi dari gaya belajar yang berbeda.
Gaya belajar dapat dikelompokkan berdasarkan kemudahan dalam menyerap informasi (perceptual modality), cara memproses informasi (information processing), dan karakteristik dasar kepribadian (personality pattern). Pengelompokan berdasarkan perceptual modality didasarkan pada reaksi individu terhadap lingkungan fisik dan cara individu menyerap data secara lebih efisien. Pengelompokan berdasarkan information processing didasarkan pada cara individu merasa, memikirkan, memecahkan masalah, dan mengingat informasi. Sedangkan pengelompokan berdasarkan personality pattern didasarkan pada perhatian, emosi, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.
DePorter dan Hernacki (1999) mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh). Setiap individu menggunakan semua indera dalam menyerap informasi. Tetapi, secara umum, individu mempunyai kecenderungan lebih kuat pada salah satu gaya belajar. Sebagian individu mudah menangkap informasi dalam bentuk visual, sebagian yang lain menyukai informasi bentuk verbal dan sebagian yang lain lebih nyaman dengan cara aktif dan interaktif.
Berikut jenis-jenis gaya belajar yang dikemukakan oleh DePorter dan Hernacki (1999) :
1.          Gaya Belajar Visual
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar atau visualisasi akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual untuk lebih memahami ide atau informasi dari pada ide atau informasi tersebut disajikan dalam bentuk penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang tersebut.
2.      Gaya Belajar Auditorial
Individu yang cenderung memiliki gaya belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan mendengarkan. Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan orang lain.
3.      Gaya Belajar Kinestetik
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan belajar sangat baik apabila mereka dilibatkan secara fisik dalam poembelajaran. Mereka akan berhasil dalam belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru.
Gaya belajar dapat dikelompokkan atas dua elemen yang mempengaruhinya. Pertama gaya belajar independen dan gaya belajar tergantung, yaitu :
1.      Gaya belajar independen membutuhkan suasana yang terang dan tidak mau diganggu suara sedikitpun
2.      Gaya belajar tergantung perlu ditemani dengan suara tertentu, misalnya radio atau mendengarkan musik ketika belajar.

3.      Gaya Berpikir
Gaya berpikir merupakan cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya. Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya impulsif cenderung spontan, cepat dan menggunakan lebih banyak waktu untuk merespon suatu jawaban. Reflektif lebih mementingkan mengingat informasi yang tersetruktur,membaca dengan memahami teks dan memecahkan problema serta membuat keputusan. Gaya mendalam dan dangkal berhubungan dengan kemampuan dan kemauan individu mempelajari materi pelajaran dengan suatu cara yang membantu mereka memahami makna materi (gaya mendalam) atau sekedar mencari apa-apa saja yang perlu dipelajari (gaya dangkal).
4.      Gaya Perilaku (tempramen)
Tempramen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam member tanggapan. Berdasarkan gaya ini individu dapat dikategorikan atas :
1.      Gaya perilaku yang mudah pada umumnya memiliki mood positif, cepat membagun rutinitas dan mudah beradaptasi denga pengalaman baru
2.      Gaya perilaku sulit yaitu cenderung bereaksi negative, agresif, kurang control diri dan lambandalam menerima pengalaman baru
3.      Gaya perilaku lamban yaitu yang biasanya beraktivitas lamban, agak negative, menunjukkan kelambanan dalam beradaptasi dan intensitas mood yang rendah.
Strategi yang dapat dipilik pendidik dalam berhubungan dengan tempramen murid (Sanson dan Rothbard, 1995) yaitu :
1.      Beri perhatian dan penghargaan pada peserta didik
2.      Perhatikan struktur lingkungan peserta didik
3.      Waspada terhadap masalah yang akan muncul apabila member cap “sulit” bagi peserta didik dan menyusun paket program untuk anak sulit.
Gaya berpikir dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
1.      Pikiran sekunsial konkret mendasarkan diri pada realitas.
2.      Pikiran acak konkret suka bereksperimen
3.      Pikiran acak abstrak mengatur informasi melalui refleksi
4.      Pemikiran sekuensial abstrak suka dengan teori dan pikiran abstrak.
























BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Setiap orang memiliki karakteristik yang khas dalam belajar. Kekhasan tersebut juga dapat dilihat dari berbagai dimensi salah satunya adalah intelegensi. Seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi akan tampil dalam kemampuan menangkap informasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat. Berbeda dengan yang intelegensinya di bawah rata-rata akan mengalami kesulitan dalam menangkap informasi yang sulit dan kompleks. Kecerdasan atau kecakapan seseorang dalam belajar dipengaruhi juga dengan kualitas multtriple intelgences yang dimilikinya. Dapat saja seseorang menonjol dalam kecerdasan bahasa, seni rupa, interpersonal, music, sains, kinestetik, logika matematika, dan intrapersonal.
Selain kecerdasan gaya belajar dan gaya berpikir juga mempengaruhi cara individu dalam belajar. Gaya belajar meliputi kecenderungan seseorang dalam memasuki indormasi. Gaya tersebut antara lain visual, auditori dan kinestetik. Mengacu pada elemen yang mempengaruhi gaya belajar ada peserta didik yang memiliki cara belajar mandiri dan tergantung. Gaya belajar tergantung lebih menyenangi lingkungan belajar yang tenag dan tertib, sedangkan gaya belajar yang tergantung memerlukan lingkungan belajar dalam bentuk fisik, psikologis, emosional dan social. Gaya berpikir seperti gaya implusif, mendalam dan dangkal merupakan karakteristik individu yang memepengaruhi proses belajar seseorang.












DAFTAR PUSTAKA

Milfayetty, Sri, dkk. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan : Unimed Press
Nurani, Yuliani, dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : UNJ.
Syamsudin Makmun, Abin. 2002. Psikologi Kependidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Taufik, Ridwan. 2006. Profesi Kependidikan. Bekasi : STAI Bani Saleh.
Ariesta Kartika Sari. 2014. Analisis Karakteristik Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial, Kinestetik) Mahasiswa Pendidikan Informatika Angkatan 2014. Madura : Jurnal Ilmiah Edutic. Vol. 1 No. 1 2407-4489
Saffa. 2014. Karakteristik Proses Pembelajaran Kurikulum 2013.Samarinda : Jurnal Dinamika Ilmu. Vol. 14 No. 1
Wartini, Asmidir dan Zikra. 2013. Karakteristik Belajar Siswa Terisolir. Padang : Jurnal Ilmiah Konseling. Vol. 2 No. 1 131-135









Selasa, 13 Maret 2018

CRITICAL JOURNAL REPORT PSIKOLOGI PENDIDIKAN


CRITICAL JOURNAL REPORT

PERILAKU AGRESIF DAN PENANGANANNYA
D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
NAMA            : MUHAMMAD NUR HABIBIE
NIM                 : 1153171014
KELAS          : PLS REGULER – A 2015


JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan kritikan jurnal ini dengan baik. Dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak MIRZA IRAWAN, S.Pd, M.Pd Kons.  selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah saya  buat di masa yang akan datang,  mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Medan, 2 Februari 2018


                 M. Nur Habibie








BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Membaca adalah kegiatan yang mendatangkan banyak manfaat.beruntung orang yang gemar membaca, diantaranya membaca buku. Mereka yang suka membaca buku akan memperoleh banyak informasi sehingga akan menambah pengetahuan dan wawasan yang luas. Informasi tentang buku baru yang sering dimuat di surat kabar atau majalah yang berupa artikel resensi.
Orang yang menyukai aktivitas membaca, hasilnya, mereka tidak akan berpikir sempit ketika menghadapi masalah-masalah yang sedang dialaminya. Serta mempunya potensi dan kecenderungan yang bijak dalam menyikapi kejadian-kejadian sehari-hari disekitarnya. Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang lain, membaca saja tidak cukup. Mereka perlu memiliki keterampilan lagi yaitu ketrampilan mengkritik journal. Oleh karena itu penulis (saya) mengerjakan tugas ini untuk memenuhi tugas matakuliah serta mengetahui metode penelitian. Memahami materi yang di bahas pada journal yang saya kritik serta menerapkan teori penelitian yang ada pada jurnal tersebut di dunia kerja.
B.     TUJUAN
Tujuan dari mempelajari dan mengkritik journal ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah dan untuk mengetahui serta memahami Komparasi atau hubungan journal dengan buku, bahan bacaan lain. Memahami materi yang di bahas pada journal yang telah di kritik serta menerapkan teori penelitian yang ada pada journal tersebut.
C.    MANFAAT
Manfaat dari mengkritik journal ini bagi saya adalah agar saya dan pembaca, Memahami materi yang di bahas pada journal yang telah di kritik serta menerapkan teori penelitian yang ada pada journal tersebut dalam dunia kerja.




BAB II
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
1
Judul
 Perilaku Agresif dan Penanganannya
2
Jurnal
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling
3
ISSN
2443-2202
4
Volume dan Halaman
Volume 1 nomor 1 dan 11 Halaman
5
Tahun
2015
6
Penulis
Salmiati
7
Reviewer
Muhammad Nur Habibie
8
Tanggal
29 Februari 2018
9
Abstrak Penelitian


-Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
 (1) Untuk mengetahui mengetahui bentuk perilaku agresif siswa di SMPN 8 Makassar. (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif siswa di SMPN 8 Makassar. (3) Untuk mengetahui dampak perilaku agresif bagi prestasi belajar dan hubungan dengan teman sebaya siswa di SMPN 8 Makassar. (4) Untuk mengetahui bentuk penanganan perilaku agresif siswa di SMPN 8 Makassar.

-Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah dua orang siswa SMP Negeri 8 kelas VII G dan VII H.

-Assesment Data
Assesment data yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara, observasi dan dokumentasi

-Kata Kunci
Perilaku agresif, dan teknik psikodrama
10
Pendahuluan


-Latar Belakang dan Teori
Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan akan mengantarkannya ke dalam suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan kehidupannya. Namun, apabila remaja gagal dalam proses perkembangannya maka kemungkinan mereka akan melakukan tindakan-tindakan kriminal, kurang mampu bergaul dengan orang lain dan melakukan dominasi secara sewenang-wenang. Tindakan-tindakan yang dilakukan para remaja cenderung mengarah kepada perilaku agresif, baik secara individu maupun kelompok.
Penelitian yang telah dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat sekitar 5-10 % anak usia sekolah berperilaku agresif (Angraeni, 2011). Di Indonesia telah dilaporkan, baik melalui penelitian maupun pemberitaan surat kabar antara tahun 2002 – 2005 menunjukkan bahwa pada umumnya perilaku agresif terjadi di kalangan siswa, khususnya di kalangan siswa SMA (Kurniadarmi, 2005). Pemberitaan serupa yang telah ditayangkan dalam satu stasiun TV swasta menunjukkan bahwa perilaku agresif yang terjadi dikalangan siswa SMA pada kenyataannya juga terjadi dikalangan siswa SMP seperti fenomena yang terjadi di salah satu jalan ibu Kota Jakarta, terdapat dua kelompok remaja yang masih menggunakan seragam putih biru terlibat baku hantam, dan siswa-siswa tersebut adalah pelajar SMP yang sedang melakukan reaksi saling menyerang atau tawuran. Hal ini didukung pula hasil penelitian yang dikemukakan Thalib (2010) bahwa akhir-akhir ini perilaku agresif cenderung semakin meningkat terutama dikalangan siswa yang sering terlibat dalam berbagai bentuk kerusuhan, perkelahian, demonstrasi dan tindakan kekerasan lainnya yang menunjukkan semakin meningkatnya perilaku agresif siswa.
11
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskrptif kualitatif.

-Langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian antara lain:
1) Melakukan analisis sebelum di lapangan, yakni peneliti melakukan analisis terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi awal sebelum melakukan penelitian dengan melakukan wawancara terhadap guru BK di SMP Negeri 8 Makassar.
2) Melakukan analisis selama di lapangan dengan menggunakan model Miles dan Huberman terdiri dari tiga langkah meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data, peneliti memilih dan menyederhanakan data hasil observasi dan hasil wawancara ke dalam tiga pokok umum yaitu data tentang gambaran perilaku agresif siswa, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, dampak perilaku agresif terhadap prestasi belajar siswa dan hubungan dengan teman sebaya serta penanganan perilaku agresif melalui teknik psikodrama. Untuk ini, peneliti melakukan beberapa langkah memilih, menyederhanakan data dan informasi tersebut malalui:   
1) Mengorganisasikan data, peneliti membuat catatan-catatan lapangan dalam bentuk tertulis tentang bentuk-bentuk perilaku yang ditampilkan subjek yang berperilaku agresif, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, dampak perilaku agresif terhadap prestasi belajar dan hubungan dengan teman sebaya serta penanganan perilaku agresif melalui teknik psikodrama. Peneliti membuat dalam bentuk tulisan yang dapat dipahami., 2) Mengelompokkan, mengkategorikan dan mengkode data. Upaya peneliti mengelompokkan data dan informasi adalah dengan cara menyusun pernyataan-pernyataan hasil wawancara secara kronologis mulai dari penyataan-pernyataan yang berkaitan dengan bentuk-bentuk perilaku agresif, pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, dan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan dampak perilaku agresif terhadap prestasi belajar dan hubungan dengan teman sebaya
3) Wawancara. Peneliti menyajikan data hasil pengamatan dalam bentuk uraian singkat yang disimpulkan berdasarkan akumulasi dari perilaku yang tampak pada setiap kali observasi. Hasil wawancara dirangkum dan dibuat kesimpulan setiap kali wawancara dilakukan terhadap sumber data. Setelah itu data yang telah diperolah dari hasil pengamatan dan hasil wawancara disajikan apa adanya dalam bentuk deskripsi atau uraian singkat.
4) Penarikan kesimpulan, tahap selanjutnya yang peneliti lakukan adalah penarikan kesimpulan, yaitu data dan informasi yang telah dibuat dalam bentuk tertulis, kemudian peneliti membaca berulang-ulang untuk kemudian disimpulkan dan diberi interpretasi makna dari fakta yang ada, yaitu perilaku-perilaku agresif yang ditampilkan subjek, gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, dampak perilaku agresif terhadap prestasi belajar dan hubungan dengan teman sebaya serta gambaran bentuk penanganan perilaku agresif.

-Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan gambaran bahwa secara umum perilaku agresif terbagai atas dua bentuk yaitu agresif fisik dan agresif verbal. Agresif fisik seperti memukul, mendorong, membanting pintu, membanting meja, memecahkan barang-barang yang ada disekelilingnya, memukul meja, menyenggol menyentil telinga temannya dan melempar sedangkan agresif dalam bentuk verbal seperti mengejek, menghina, memaki, memanggil dengan sebutan buruk, membentak dan mengancam.
Secara umum faktor yang menyebabkan perilaku agresif seperti: (a) pengalaman masa kecil, (b) Perlakuan buruk orangtua, (c) dukungan dari orangtua dan teman sebaya, (d) pendisipilinan yang keliru, (e) ketidakjelasan hukuman yang diberikan, (f) peran model dari orangtua, teman sebaya dan kebiasaan menonton serta main game yang beradegan kekerasan, (g) amarah yang tidak terkontrol, dan (h) frustasi yang dinampakkan pada saat menginginkan sesuatu dan tak tercapai pasti pelampiasannya dalam bentuk perilaku agresif. Namun secara khusus yang membedakan faktor penyebab perilaku agresif kedua kasus tergantung dari kondisi psikologis, lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal kedua kasus.
Perilaku agresif berdampak terhadap prestasi belajar seperti prestasi belajar rendah karena kedua kasus memiliki kebiasaan tidak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa duduk dengan tenang pada saat proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas. Dampaknya terhadap hubungan sosial dengan teman sebaya, yaitu dijauhi oleh teman-temannya karena tidak senang perilaku kasus yang sering menyakiti teman-temannya.
Bentuk penanganan perilaku agresif yang bisa diberikan adalah teknik psikodrama. Melalui teknik psikodrama kedua kasus dilibatkan dalam satu kelompok untuk memerankan suatu situasi nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan perilaku agresif yang dilakukan oleh kedua kasus.

-Diskusi Penelitian
Pemahaman dan penghayatan terhadap konteks yang diteliti, peneliti melakukan penelitian dengan tekun dan mencatat setiap hasil wawancara dan hasil pengamatan. Untuk mengujikan keabsahan data yang diperoleh, peneliti melakukan triangulasi metode dan triangulasi sumber. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan penemuan hasil penelitian yang diperoleh dengan berdasarkan wawancara dengan data yang diperoleh melalui pengamatan pada setiap kesempatan pertemuan antara peneliti dengan subjek. Pengamatan yang dilakukan pada subjek dilakukan selama mungkin di mana subjek tidak menyadari bahwa peneliti sedang melakukan pengamatan pada diri subjek. Apabila tidak terjadi ketidaksesuaian antara hasil pengamatan dengan hasil wawancara, maka peneliti mencoba mencari data melalui wawancara dan pengamatan berikutnya.

-Daftar Pustaka
Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia. Bandung:  Erasco.

Malik, M. A. 2005. Konsep Dasar Psikologi Sosial. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Moleong, L. J. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya Bandung.

Thalib, S, B. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana.
12
Analisis Jurnal


-Kekuatan Penelitian
Kekuatan dalam penelitian ini adalah terkait dengan kemutakhiran jurnal ini jelas sangat mutakhir hal ini terbukti dengan diterbitkannya pada tahun 2015, hal ini mengindikasikan bahwa masalah yang diangkat cukup mutakhir dengan perkembangan zaman.
Materi yang dijelaskan oleh peneliti yang membahas tentang perilaku agresif dan penanganannya sangat jelas dan lengkap. Pembaca sangat mudah untuk memahami apa yang ingin disampaikan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti banyak menggunakan teknik pengumpulan yaitu berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hal ini membuat data yang dihasilkan menjadi akurat.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya membahas tentang perilaku agresif dan cara penanganannya tetapi juga membahas tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif dan dampak dari perilaku agresif tersebut.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti ini sangat jelas dan dilakukan secara sistematis.

-Kelemahan Penelitian
Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah dalam metode penelitian yang digunakan dalam penelitian hanya menggunakan metode deskrptif kualitatif.  Dalam subjek penelitian ini, peneliti hanya melakukan penelitian terhadap dua orang siswa saja hal ini menyebabkan data yang diperoleh kurang valid.
13
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan setelah dilakukan analisis, dilihat dari fokus penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
 (1) Bentuk perilaku agresif siswa adalah perilaku agresif fisik seperti memukul, membanting pintu, membanting meja, menyenggol, melempar, memukul meja, mendorong, dan menyentil telinga. Bentuk perilaku agresif verbal seperti mengancam, membentak, memaki, menghina, mengejek, berteriak dan memanggil dengan sebutan buruk.
(2) Faktor yang memengaruhi perilaku agresif adalah (a) pengalaman masa kecil, (b) perlakuan buruk orangtua, (c) dukungan dari orangtua dan teman sebaya, (d) peran model kekerasan yang dilihat dari orangtua, teman sebaya, dan kebiasaan nonton TV dan main game yang beradegan kekerasan, (e) amarah yang tak terkontrol, (f) frustasi karena selalu gagal dalam mencapai tujuan.
 (3) Dampak perilaku agresif yaitu prestasi belajar rendah dan hubungan sosial dengan teman sebaya yang tidak baik.
 (4) Bentuk penanganan perilaku agresif melalui teknik psikodrama.
14
Saran
Dari hasil kesimpulan di atas, reviewer menyarankan agar  pemerintah, sebaiknya memberikan himbauan kepada seluruh stasiun TV untuk tidak menayangkan film-film yang beradegan kekerasan dan sekaligus menghentikan pengedaran CD atau video game yang beradegan kekerasan. karena film dan game yang beradegan kekerasan dapat menjadi salah satu pemicu bagi anak dalam melakukan perilaku agresif.
Bagi kepala sekolah, sebaiknya memberikan arahan kepada segenap guru yang ada dalam satu instansi naungan kerja, agar selalu melakukan pengawasan terhadap siswa-siswi yang memiliki perilaku yang mengarah pada perilaku agresif agar dapat diatasi sejak dini sebelum mengarah pada kecenderungan berperilaku agresif.
Bagi konselor, penting untuk memper-hatikan bentuk-bentuk perilaku agresif yang dilakukan oleh siswa-siswi di sekolah dan mengatahui secara mendalam faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat memberikan pelayanan yang tepat kepada siswa-siswi yang berperilaku agresif, baik malalui pendekatan konseling seperti teknik relaksasi maupun melalui pendekatan bimbingan kelompok seperti pemberian informasi dan teknik psikodrama, sehingga pada akhirnya siswa-siswi di sekolah mampu mengatasi sendiri perilaku agresif yang dilakukan agar tidak menimbulkan dampak terhadap prestasi belajar dan hubungan dengan teman sebaya.
Bagi orangtua, sebaiknya dalam memberikan perlakuan kepada anak, mulai dari kecil sampai dewasa harus memperhatikan dampak positif dan negatif bagi anak yang bersangkutan, karena perilaku agresif yang terjadi dikalangan remaja disebabkan oleh pengalaman masa kecil, perlakuan buruk orangtua, pendisiplinan yang keliru, ketidakjelasan hukuman yang diberikan orangtua terhadap anaknya sehingga menghantarkan anak-anaknya berperilaku agresif semasa rentang kehidupannya.
Bagi siswa, sebaiknya memiliki pengendalian diri yang baik agar mampu megarahkan diri sendiri dalam mengatasi perilaku yang cenderung dilakukan dan mengarah pada perilaku agresif.
Untuk perbaikan jurnal di masa yang mendatang penulis menyarankan agar peneliti tidak hanya menggunakan metode deskriptif kualitatif saja tetap juga menggunakan kuantitatif. Dalam hal subjek penelitian, peneliti sebaiknya lebih menambah jumlah dari subjek penelitian agar data yang diperoleh cukup valid.
15
Referensi
Anggraeni, D. 2011. Perilaku Agresif. (Online), jilid 1, No. 4, (devianggraeni90.wordpress.com/2011/02/ 23/artikel-perilaku-agresif/-65k–Diakses 19 2012)

Kurniadarmi, E. 2005. Perilaku Agresif Pada Anak Usia Sekolah dan Remaja Awal (Penelitian Kualitatif dengan 8 Orang Subjek Penelitian). Tesis. (Tidak diterbitkan). Kekhususan Psikologi Perkembangan. Universitas Indonesia.




BTS - Jimin  - Park Ji Min