CRITICAL BOOK REPORT
Dosen Pengampu : Dra. Rosdiana M,pd
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Ira Natasya Tarigan
1153371013
Ektensi A
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai. Ada pun tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial
oleh Dra.Rosdiana M,pd, yang mana materi yang penulis bahas mengenai Critical
Book Report.
Dan harapan penulis semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Medan
05 Maret 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Psikologi sosial adalah suatu studi
tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para ahli psikologi atau
sosiologi, walaupun semua ahli psikologi
sosial menggunakan baik individu maupun kelompok sebagai unit analisis mereka.
Buku “psikologi sosial” dari professor Sarlito Sarwono ini merupakan buku
pengantar yang komprehensif, mencakup semua pokok yang penting dalam psikologi
sosial modern dan dari mana ia berasal.
Pada tahun 1930, di amerika serikat
telah dikembangkan psikologi yang secara khusus mempekajarti hubungan antar
manusia. Akhirnya muncullah cabang ilmu baru dari ilmu jiwa ini yang kemudian
dikenal dengan istilah psikologi sosial. Masalah-masalah yang menjadi focus
bahasanya adalah kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan konteks
sosialnya.
Dalam kehidupan sehari-harinya hubungan
diantara manusia tersebut ternyatatisdak selamanya berjalan lancar, adakalanya
muncul kesalahapahaman, perselisihan, pertengkaran, permusuhan, bahkan
peperangan. Lingkup kejadiannya tidak saja terjadi dalam skala yang kecil
ditingkat keluarga dan lingkungan kelurahan tetapi juga bisa terjadi dalam
skala yang lebih besar ditingkat nasional dan internasional.
2.
Tujuan
1. Mengkritik
baik buruknya dari kedua penulis Psikologi Sosial?
2. Membandingkan
kedua bukub dengan bahasa yang tidak sukar?
3.
Manfaat
Manfaat yang penulis dapat kan dari
mengkritik kedua buku ini adalah penulis
menjadi tahu secara luas tentang Psikologi Sosial, sehingga penulis
tidak terlalu sukar untuk menyajikan ke dalam kerja tugas mata kuliah.
Bab II
Identitas Buku
Buku Utama
Judul
Buku : Teori-Teori Psikologi Sosial
Penulis
Buku : Prof. Dr. Bimo Walgito
Penerbit
: CV Andi Offset
Tahun
Terbit : 2011
Kota
Terbit : Yogyakarta
Tebal
Buku : 130 Halaman
Buku Pembanding
Judul Buku : Psikologi Sosial (Individu dan Teori-teori
Psikologi Sosial)
Penulis Buku : Sarlito Wirawan Sarwono
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun
Terbit : 2002
Kota
Terbit : Jakarta
Tebal
Buku : 350 Halaman
Ringkasan Isi Buku
Psikologi merupakan kata
yang diambil dari bahasa belanda “psycologie” atau dari bahasa Inggris
“psycoloogy”. Ditinjau dari sudut asal katanya, kata psycologie dan psychology
berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu “pscye” dan
“logos” yang berarti jiwa dan ilmu. Berdasarkan pengertian itu, maka orang
dengan mudah memberikan batasan atau pengertian psikologi sebagai ilmu
pengetahuan tentang jiwa atau seringf disebut dengan “ilmu jiwa”.
Bab
I Interaksi
Interaksi, merupakan hubungan sosial antara
individu yang satu dengan yang lain yang saling memengaruhi satu dengan yang
lainnya. Salah satu teori mengenai sifat hakikat manusia adalah bahwa manusia
itu makhluk individual sekaligus mahkluk sosial. Dalam perkembangannya
interaksi semakin intensif sampai pada interaksi yang mendalam, atau terjadi
perpotongan utama. Perkembangan interaksi yang sederhana dan kurang intim
sampai interaksi yang intens. Perkembangan tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut : (1) Contact Perceptual
Interpersonal, (2) Involvement testing intensitfying, (3) intimacy,
interpersonal commitment, social bonding, (4) deterioration intrapersonal
dissatisfaction, interpersonal dissatisfaction, (5) Dissolution Interpersonal
separation, social/public separation.
Bab
III Teori-teori yang berorientasi pada penguatan.
Secara
singkat dapat dikemukakan bahwa model Homans mengenai pertukaran perilaku
sosial ini komprehensif, perspektif pada perilaku sosial manusia dimana tujuan
akhirnya tidak hanya pertukaran perilaku pada individu dalam unit sosial tetapi
juga pada perilaku manusia dalam organisasi.
Bentuk
dan analisis perilaku sosial, sebagai kesimpulan fenomena primer model teoritis
Homans adalah interaksi tatap muka nominstitusional yang timbul secara spontan
antarmanusia. Bentuk analisis interaksi adalah behavioristik, dengan teori
pokok penguatan. Hasil dari dasar interaksi
berada dalam pengertian ekonomis, seperti untung dan rugi.
Pertukaran
sosial, Homans mendefinsikan dua kelompok terminology untuk observasi perilaku
sosial manusia, yaitu terminology deskriptif (descriptive term) dan variabel,
deskriptif menunjuk pada perilaku yang diobservasi dalam perilaku sosial,
sedangkan variabel adalah dimensi perilaku yang diobservasi, yang dapat
dikuantifikasi atau dapat diukur.
Proposisi-proposisi,
berikut proposisi-proposisi yang dikemukakan Homans : (Proposisi 1 : proposisi
ini berkaitan dengan kesuksesan dalam pertukaran sosial yang mengambil hukum
akibat, Proposisi 2 : proposisi ini berkaitan dengan stimulus, propossisi 3 : proposisi
ini berkaitan dengan nilai, Proposisi 4 : proposisi ini berkaitan dengan
kejenuhan, proposisi : proposisi ini berkaitan dengan agresi-persetujuan,
proposisi 6 : proposisi ini berkaitan dengan rasionalitas).
Teori
belajar sosial, teori belajar sosial atau social learning story adalah salah
satu teori yang berorientasi pada penguatan (reinforcement) yang dikemukakan
oleh Albert Bandura (dalam Shaw dan Costanzo,1985).
Makna
teori belajar sosial, teori kognitif sosial kurang ekstrem apabila dibandingkan
dengan behaviorisme Skinner, dan Bandura memperhatikan masalah kognitif.
Walaupun demikian, pendekatan Bandura tetap behavioristik.
Proses
belajar sosial, dalam hal ini fenomena model merupakan sumber informasi untuk
pengamat (observer). Proses belajar observasional, menurut Bandura, dilakukan
melalui empat tahap, yaitu (1)
attentional processes, (2) retention processes, (3) motor reproduction
processes, (4) motivational processes menuju ke matching performance.
Teori
Interdependensi, merupakan salah satu teori dari teori pertukaran-penguatan
sosial (social reinforcement-exchangetheory) yang merupakan salah satun teori
yang berorientasi pada teori penguatan.
Bab
IV Teori yang Berorientasi pada Psikoanalisis
Freud
semula mengambil metode Breuer dalam hypnosis untuk menangani pasiennya, tetapi
akhirnya metode tersebut tidak memuaskan, dan kemudian freud menggunakan
asosiasi bebas, yang merupakan perkembangan teknik dalam psikoanalisis.
Makna
Teori FIRO, merupakan teori yang berkaitan dengan perilaku interpersonal. FIRO
adalah singkatan dari Fundamental Interpersonal Relation Orientation yang
dikemukakan oleh Schutz. Teori ini ingin menjelaskan perilaku interpersonal
dalam orientasi dengan orang lain.
Kecocokan
dan ketidakcocokan dalam perilaku, dalam interaksi ada dua perilaku yang
mungkin terjadi, yaitu kecocokan (komptibel) atau ketidakcocokan. Apabila
cocok, interaksi itu akan produktif. Sebaliknya, apabila tidak cocok,interaksi
itu tidak produktif. Schutz berpendapat bahwa ada tiga macam kompatibilitas,
yaitu interchange compatibility, originator compatibility dan reciporal
compatibility.
Bab
V Teori-teori yang berorientasi pada kognitif.
Keseimbangan dan ketidakseimbangan,
menurut Heider, keseimbangan (balance) diartikan sebagai suatu atau keadaan
dimana hubungan antara unsure-unsurnya (entities) dalam keadaan harmonis dan
saling sesuai (together).
Teori
Disonansi Kognitif, teori disonansi kognitif ini cukup sederhana yaitu terjadi
ketidaksesuaian (nonfitting) hubungan di antara elemen-elemen kognitif yang
menimbulkan tekanan untuk memerangi disonansi dan menolak naiknya disonansi.
Faktor-faktor
yang dapat menimbulkan Disonansi, menurut Festinger disonansi juga dapat
terjadi karena beberapa faktor yaitu : (logical
Inconsistency, Cultural Morres, Opinion Generality, Past Experince)
Teori
Atribusi, berdasarkan beberapa penelitian, kiranya teori atribusi dapat
dipandang sebagai paradigm utama dalam psikologi sosial pada waktu ini (dalam
Shaw dan Coztanzo, 1985). Proses atribusi adalah proses penentuan perhatian
pengamat (perceiver) ke pemikiran tentang kejadian-kejadian yang merupakan
objek persepsikan.
Teori
Persepsi Diri, maksud pertama Bem adalah untuk mencari pengertian mengenai
proses persepsi diri untuk memberikan konsitensi yang logis, suatu alternative
terhadap teori disonansi kognitif.
Teori
perbandingan sosial, teori dikemukakan oleh Festinger, yang dimulai dengan
perhatian dari efek komunikasi sosial pada perubahan opini dalam kelompok
sosial (Festinger, 1950, dalam Shaw dan Coztanzo, 1985) yang selanjutnya
diperluas, termasuk evaluasi, baik mengenai kemampuan maupun evaluasi mengenai
opini. Teori ini berorientasi pada kognitif.
Bab
VI Teori-Teori yang Berorientasi pada Teori Medan.
Lewin
lebih terkenal dalam bidang kepribadian daripada dalam bidang-bidang yang lain.
Prinsip-prinsip gestalt diakui oleh Lewin (dalam Schultz, dan Schultz 1992).
Analisis
keadaan mengenai kesesakan, Schopler dan Stokols mengajukan beberapa asumsi
tentang sifat orang dalam kesesakan (kesesakan manusia), yaitu (1) pengalaman
kesesakan menimbulkan stress psikologis, (2) stress merupakan konsekuensi dari
persepsi yang kehilangan control dalam regulasi ruang, (3) apabila orang
mengalami stress kesesakan mereka mulai mencoba mengatasinya untuk mengurangi
stress, (4) kesesakan akan sangat intens dan sulit ditanggulangi apabila
kebutuhan orang akan ruang dikaitkan dengan ancaman terhadap keamanan pribadi.
Bab
VII Teori-teori yang berorientasi pada peran
Teori
synder secara khusus memusatkan pandangannya pada proses implikasi dari
perbedaan individu yang stabil antara sifat gaya sosial yang dicirikan oleh
peran yang menyenangkan dengan peran yang lebih atau kurang seperti apa adanya.
Teori
manajemen kesan, teori ini merupakan teori munculan yang mempunyai akar dalam
pendekatan yang bervariasi dalam hubungan interpersonal. Aspek teori ini dapat
terlihat pada berbagai macam pendekatan.
Bab
VIII Teori-Teori Khusus
Teori
macam-macam tugas dan produktivitas kelompok dikemukakan oleh Steiner. Menurut
pendapatnya, salah satu hal tentang kelompok yang perlu mendapatkan perhatian
adalah sampai sejauh mana produktivitas suatu kelompok. Semakin produktif suatu
kelompok, semakin baik kelompok itu, begitu juga sebaliknya.
Teori
takut untuk sukses, teori takut untuk sukses ini dikemukakan oleh Matina
Horner, dari observasinya perempuan dengan kompetensi tinggi, apabila
dihadapkan pada tugas dengan standar prestasi atau tuntutan masyarakat, akan
memperlihatkan kecemasan dan turunnya perfomansi.
Teori
Gender, gender adalah “jenis kelamin”. Tuhan menciptakan manusia berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Masing-masing mempunyai alat-alat atau
ciri-ciri tertentu.
Tipe
seks (sex typing), dalam tipe seks ada dua pandangan yang berbeda, yaitu teori
belajar sosialdan teori skema gender (Baron dan Byrne, 1984) : (teori belajar
sosial, teori skema gender).
Buku
Pembanding
Bab
I Definisi dan Ruang Lingkup Psikologi
Sosial
Sejarah Psikologi Sosial, di dalam sejarah
psikologi sosial dapat dibagi dari 3 tahap antara lain ; Masa Prakelahiran,
Masa Awal, Masa perang dunia I & II, dan masa mutakhir, Masa yang akan
datang. Jurnal-Jurnal Psikologi Sosial, jurnal adalah media pertukaran
informasi dan hasil-hasil penelitian ilmiah di bidang ilmu pengetahuan
tertentu. Ada beberapa contoh jurnal yang menjelaskan tentang psikologi sosial;
Jurnal of Abnormality (Jurnal
Abnormalitas) dan Journal of Personality
& Social Pscyhology (Jurnal Psikologi Kepribadian dan Psikologi
Sosial).
Hubungan Psikologi Sosial
dengan Ilmu-ilmu lain, menurut Bommer (1953) perkembangan psikologi sosial
tidak terlepas dari pengaruh ilmu-ilmu lain. Lebih lanjut Bonner (1953)
menyatakan bahwa ilmu lain yang berpengaruh pada psikologi sosial adalah
sosiologi dan antropologi. Sosiologi terkait dengan perilaku hubungan
antarindividu atau antara individu dan kelompok atau antar kelompok
(interaksionisme) dalam perilaku sosial.
Ruang Lingkup Psikologi
Sosial, dalam praktiknya penelitian-penelitian psikologi sosial memang mencakup
ketiga golongan ruang lingkup tersebut.Sherf dan Muzafer (1956), misalnya,
membuat daftar penelitian psikologi sosial padasaat itu sebagai berikut.
Sosialisasi bayi sampai dewasa (termasuk dalam golongan1) Sistem Klik, klub,
manajemen, serikat buruh dan prasangka (termasuk dalam golongan 2) dan
propaganda, segregasi (pemisahan kelompok) dan konflik antarkelompok (termasuk
dalam golongan 3).
Metode penelitian psikologi
sosial, metode penelitian yang digunakan dalam psikologi sosial antara lain
Metode pengumpulan data dan analisis (teknik investigasi kasus, teknik
statistic, metode diagnostic, teknik proyeksi, pengukuran sikap. Rancangan
Penelitian, rancangan penelitian juga dapat dibagi beberapa antara lain;
rancangan eksperimental, rancangan korelasi, replikasi dan metode berganda.
Penelitian psikologi
sosial, Norman Triplett (1898) mengamati bahwa anak-anak yang bersepeda
beramai-ramai ternyata lebih cepat daripada yang bersepeda sendirian.
Penelitian yang dianggap sebagai cikaal bakal penelitian psikologi sosial ini
membuktikan adanya pengaruh kehadiran orang lain terhadap peningkatan prestasi.
Sheriff (1936) mengadakan penelitian tentang pembentukan norma kelompok,
eksperimennya dilakukan di dalam ruangan yang gelap gulita, dalam ruangan itu
hanyaada setitik cahaya yang statis. K. Lewin (1947) meminta sejumlah orang
untuk makan jeroan (isi perut) sapi dengan alasan bahwa dagingnya diperlukan
untuk para prajurit di medan perang. E.E.Smith (1961) mengadakan eksperimen
dengan sejumlah anggota tentara Amerika Serikat . mereka diminta untuk makan
belalang goring. Milgan (1963) melakukan eksperimen yang sangat terkenal
tentang otoritas.
Bab II Dasar-dasar
Perilaku Sosial
Hakikat Manusia, dalam menerangkan
hakikat manusia itulah timbul berbagai pendapat dari para pemikir.
Pendapat-pendapat itu oleh David Scheneider (1976) digolongkan sebagai berikut
:
Manusia sebagai hewan, sebagai hewan
manusia mempunyai berbagai naluri dasar yang mengendalikan dan mengarahkan
perilakunya agar dapat bertahan dari segala ancaman, yaitu hubungan seks,
makan, pertahanan diri, dan pertahanan kelompok terhadap serangan dari luar.
Manusia sebagai pencari keuntungan,
doktrin bahwa manusia mengejar kesenangan dan menghindari kesakitan, disebut
Hedonisme. Dalam abad ke 17 dan 18 doktrin ini menjadi dasar dari analisis
psikologi karena pengaruh paham Epicurean. Ketika terjadi revolusi industry di
eropa, kecenderungan ini diperkuat karena bisnis mulai berkembang dan orang mulai
mencari keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk keluarga, atau kelompok
kecilnya sendiri, bukan untuk kepentingan seluruh umat.
Manusia sebagai salah satu unsure
dalam lingkungan fisika, Kurt Lewin mengembangkan paham ini dengan mengemukakan
teorinya yang terkenal yaitu teori lapangan (field theory). Unit analisisnya
adalah manusia dalam lingkungan yang konkret, yaitu ruang kehidupan (life
space) yang berisi diri manusia itu sendiri, manusia-manusia lain, dan
lingkungan fisik lainnya. Menurut Lewin, segala sesuatu yang terdapat dalam
ruang kehidupan seseorang diwakili dalam alam kesadaran atau “lapangan
psikologik” (psychology field) orang tersebut dan dari saat ke saat, setiap
bagian dari lapangan psikologik itu dapat mempunyai daya tarik atau daya tolak
terkadang kuat, terkadang lemah, terkadang biasa saja.
Manusia sebagai ilmuwan, pandangan
bahwa manusia itu bagaikan ilmuwan dikemukakan, antara lain oleh aliran
psikologi kognitif. Pengaruh lewin pada aliran psikologi kognitif adalah bahwa
manusia ingin mengerti lingkungannya dalam keadaan yang dapat diramalkan dan
jika dapat dikendalikan. Jika keadaan tidak dapat dimengerti, diramalkan, atau
dikendalikan akan timbul keadaan yang disebut “disonansi kognitif”.
Pengertian dasar motivasi,
menurut M. Sherif & C.W. Sherif (1956) motif adalah istilah generic yang
meliputi semua faktor internal yang mengarah ke berbagai jenis perilaku yang
bertujuan, semua pengaruh internal seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari
fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial
yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut. Menurut kedua peneliti itu
berdasarkan asalnya ada dua jenis motif ( Motif biogenic, dan Motif sosiogenic)
Hubungan perkembangan konsep dan
motif, sebelumnya penelitian M.E.Smith pada tahun 1926 membuktikan bahwa
perbendaharaan kata bayi berkembang sangat pelan sampai umur 18 bulan (hanya
mencapai 22 kata), tetapi meningkat dengan pesat sejak usia 21 bulan (21
bulan=118 kata, 24 bulan=122 kata). Selanjutnya, Sherif&Sherif juga
melaporkan penelitian Holenberg pada tahun 1946 tentang suku bangsa Sirions
(Indian Bolivia) yang hampir selamanya berada dalam kelaparan (kekurangan
makanan), mereka belum dapat bercocok tanam atau berternak. Karena itu, mereka
harus terus-menerus berburu.
Beberapa
pendekatan dasar pada motivasi, selanjutny6a
S.S.Sargent& R.C. Willianson (1946) mencoba menelusuri berbagai pendekatan
dan teori tentang motif : ( teori isnting, konsep dorongan, teori libdo dan
ketidaksetaraan dari Sigmund Freud, perilaku purposive dan konflik, otonomi
fungsional, motif sentral).
Bab III Teori-teori
Psikologi Sosial ( Teori Psikoloanalisis dan Pandangan Biologi Modern)
Pandangan
Psikoanalisis, Menurut Erik Erikson adalah tokoh psikoanlisis yang lain adalah
Erik Erikson, ia setuju dengan banyak gagasan Freud, seperti insting,
kepribadian yang terdiri atas Id, Ego, dan Super-go, perkembangan kepribadian
yang bertahap-tahap, dan bahwa anak harus mengalami krisis di masa kanak-kanak
untuk berkembang ke masa dewasa. Menurut Karen Horney (1967) salah satu
pendapatnya yang penting adalah bahwa psikologi wanita tidak sama dengan
psikologi pria. Proses terjadinya peran feminism pada wanita, bukan karena
Electra Complex yang dalam teori Freud hanya merupakan pembalikan dari teori
Oedipoes Complex. Menurut Alfred Adler (1929, 1964), berbeda dari Freud yang
mengutamakan masa kanak-kanak dalam analisis kepribadianya. Adler menekankan
pada pentingnya masa depan. Yang terpenting dalam menentukan perilaku adalah
tujuan (telos) hidup, yaitu pengakuan dari lingkungannya (Geltungstrieb).
Menurut William Schutz (1955, 1958) ia adalah seorang penganut psikolanalisis
yang mengembangkan tipe-tipe kepribadian berdasarkan pengalaman seseorang
semasa kanak-kanaknya. Ada tiga tipe kepribadian yang berkenaan dengan hubungan
antar-pribadi seseorang, yaitu (1) tipe control, (2) tipe inklusi, (3) tipe
afeksi.
Pandangan Biologik, etologi adalah ilmu tentang dasar-dasar
evolusi dari perilaku dan perkembangan. Sumber asalnya adalah teori evolusi
dari Charles Darwin. Sosiobiologi,
jika etologi menekankan pada perilaku adaptif sebagai proses evolusi untuk
kelangsungan individu. Sosiobiologi berpendapat bahwa perilaku adaptif adalah
untuk kelangsungan gen-gen. perilaku yang dipertahankan atau dikembangkan dalam
evolusi adalah yang dapat meneruskan gen-gen, bukan survival individual. Genetika Perilaku, teori ini adalah
kombinasi antara genetic dan pengaruh perilaku.
Pandangan
Environmentalis, intinya adalah behaviorisme dari J.B. Watson yang meluncurkan
pandangannya untuk pertama kalinya pada tahun 1913 “manusia bereaksi terhadap
lingkungan (environment). Karena itu, manusia belajar dari lingkungannya.
Watson selanjutnya berpendapat bahwa perilaku sosial (berjabat tangan,
tersenyum, ramah, rohmat kepada orangtua, mudik lebaran, taat kepada perintah
atasan, agresif pada musuh, takut kepada Tuhan, berdoa, dan sebagainya)
dikembangkan manusia berdasarkan proses-proses kondisioning klasik ini.
Bab
IV Persepsi, Atribusi, dan Kognisi Sosial,
Persepsi
sosial, persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi
untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan
(penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Dalam persepsi sosial ada
dua hal yang ingin diketahui yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini,di
tempat ini melalui komunikasi non lisan (kontak mata, busana, gerak tubuh, dan
sebagainya) atau lisan kondisi yang lebih permanen yang ada dibalik segala yang
tampak saat ini (niat, sifat, motivasi, dan sebagainya) yang diperkirakan
menjadi penyebab dari kondisi saat ini. Persepsi dan atribusi ini sifatnya
memang sangat subjektif, yaitu tergantung sekali pada subjek yang melaksanakan
persepsi dan atribusi itu. Perilaku membunuh, misalnya, dapat dianggap kelakuan
penjahat yang sadis, bela diri atau kepahlawanan.
Atribusi
sosial, Menurut Myres (1996) kecenderungan member atribusi disebabkan oleh
kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (sifat ilmuwan pada
manusia), termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain. Secara akal sehat,
ada dua golongan yang menjelaskan suatu perilaku, yaitu yang berasal dari orang
yang bersangkutan (atribusi internal) dan yang berasal dari lingkungan atau
luar diri orang yang bersangkutan (atribusi eksternal).
Kognisi
Sosial, elemen-elemen kognisi itu saling berhubungan yang terdiri atas tiga
jenis hubungan, yaitu hubungan yang tidak relevan, hubungan yang konsonan,
hubungan yang disonan. Hubungan tidak relevan, misalnya, terdapat dalam
lapangan kesadaran (kognisi) Wayan tentang John yang tidak mau membelikannya
tiket (elemen kognisi pertama) dan temannya John yang mau datang ke rumah John
(elemen kedua). Hubungan yang ideal dalam struktur kognisi setiap manusia
adalah kondisi konsonan, yaitu jika antara dua elemen ada hubungan yang
relevan, hubungan itu hendaknya tidak saling bertentangan.
Bab
V Diri Pribadi dan Sosial
Kepribadian,
definsi kepribadian (sampai saat buku ini ditulis) yang paling banyak dianut
oleh para pakar psikologi di Indonesia adalah dari G.W. Allport (1971,
dipublikasikan pertama kali tahun 1937), definisi tersebut adalah berikut : personality is the dynamic organization
within the individual of those psychophysical systems that determine his unique
adjustments to his envinroment. Konsep kepribadian menimbulkan paradox bagi
para ahli. Jadi, para pakar mengembangkan sendiri arti kepribadian, sesuai
dengan minat atau bidang studi masing-masing, antara lain, kepribadian
dipelajari sebagai tatanan emosi-emosi dasar, pola kebiasaan, sifat-sifat moral
atau etika, sikap dan nilai-nilai, dan sebaginya.
Teori-teori
Kepribadian, kepribadian itu selanjutnya digambarkan secara berbeda-beda oleh
berbagai aliran dalam psikologi. Psikoanalisis,
dalam teori psikoanalisis inti dari kepribadian adalah Ego. Dalam teori psikoanalisis
dari freud, ego ini harus menghadapi konflik antara id (yang berisi
naluri-naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan superego
(yang berisi larangan-larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Akan tetapi,
dalam psikoloanalisis dari C.G. Jung, ego bukannya menghadapi konflik antara Id
dan Superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang datang dari
ketidaksadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari
pengalaman masa lalu dari masa generasi-generasi yang lalu) dan ketidaksadaran
pribadi yang berisi pengalaman pribadi yang diredam ke dalam ketidaksadaraan). Behaviorisme, menurut Bandura (1977),
proses mempelajari aturan-aturan sosial ini dinamakan proses belajar sosial.
Manusia, kata Bandura, sejak masa
kanak-kanaknya sudah mempelajari berbagai tata-cara beriperilaku, sedemikian
rupa sehingga ia tidak canggung dan serba salah menghadapi berbagai situasi dan
persoalan.
Teori-teori
dalam Psikologi Kognitif, J. Piaget, jika K.Lewin mencoba menggambarkan
struktur dan dinamika kognisi, tokoh psikologi kognisi lain yang juga sangat
terkemuka, Piaget ( 1950), menjelaskan perkembangan kognisi sebagai inti dari
kepribadian manusia. Menurut Piaget, bagaimana seseorang beriperilaku terhadap
orang lain, tergantung pada konsepnya
tentang orang itu dan konsep itu sendiri tergantung pada konsepnya
tentang orang itu dan konsep itu sendiri tergantung pada perkembangan
kognisinya. Menurut Piaget, teorinya tentang perkembangan kognitif ini berlaku
tanpa kecuali (invariant) dan Hierarkis. Artinya, setiap tahap perkembangan
kognisi merupakan prasyarat dari tahap berikutnya. F.Heider, berkaitan dengan
teori-teori tentang struktur dan perkembangan kognisi ini, yang sangat penting
dalam membicarakan kepribadian dalam rangka psikologi sosial adalah teori
atibusi (teori tentang proses informasi sosial). R. Selma, kognisi dalam
perkembangan hubungan antarpribadi terjadi melalui kemampuan berperan (role
taking skills). Robert Selman (1980) dalam upayanya untuk meneliti
tingkat-tingkat kemampuan pengambilan peran pada berbagai usia, menggunakan
kasus yang mengandung dilema untuk dipecahkan.
Bab
VI Hubungan Antar pribadi
Komunikasi Antarpribadi, menurut Hartley (1993) ada berbagai
jenis komunikasi, yaitu antara individu dan individu, antara individu dan massa
(misalnya, dalam pidato atau kuliah), dan antara kelompok dengan massa
(misalnya, antara para penyuluh pertanian yang mewakili pemerintah dan para
petani) masing-masing dapat berlangsung secara tatap muka, atau dengan bantuan
alat atau teknologi (telepon, radio, tv, film, dan sebagainya). Aspek lain dalam komunikasi antarpribadi
menurut Hartley adalah hubungan dua arah. Komunikasi tatap muka berbeda dari
warta berita di tv atau radio karena kedua pihak dapat saling menukar pesan.
Dengan pertukaran pesan itu, terjadi saling pengertian akan makna atau arti
dari esan itu.
Hubungan dengan orang yang belum
dikenal, Zajonc (1968) mengatakan bahwa dengan orang yang belum atau baru
dikenal, faktor yang memudahkan komunikasi dan hubungan adalah pertemuan yang
berulang-ulang, sejauh reaksi pada saat pertama bertemu tidak terlalu negative.
Eksperimen-eksperimen lain dari Zajonc (Kunst Wilson&Zajonc, 1980,
Moreland&Zajonc, 1977) juga membuktikan bahwa makin sering berjumpa makin
membangkitkan perasaan suka (dalam pepatah jawa : witing tresno jalaran soko kulino, artinya: tumbuhnya cinta karena
sering berjumpa).
Gangguan
pada hubungan, hubungan antarpribadi yang dimulai dari komunikasi antar pribadi
dapat meningkat kea rah yang makin erat, makin akrab, sampai pada hubungan
intim, sahabat, pacar, dan perkawinan. Akan tetapi, pada tahap mana pun,
hubungan itu dapat terganggu, bahkan sampai terputus. Dampak putus hubungan
adalah kesepian.
Bab
VII Sikap dan Prasangka
Terbentuknya sikap, sebagaimana sudah
dijelaskan pada bagian awal dari bab ini, sebagian orang berpendapat bahwa ada
faktor-faktor genetic yang berpengaruh pada terbentuknya sikap (Arvey, 1989:
Keller, 1992, Waller 1990). Walaupun demikian, sebagian besar dari para pakar
psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman, melalui
proses belajar.
Perilaku
menentukan sikap, karena pembentukan sikap yang paling efektif adalah melalui
pengalaman sendiri, maka para pakar berusaha mengetahui sampai seberapa jauh
perilaku dapat mempengaruhi terbentuknya sikap. Pengaruh perilaku pada sikap
juga terjadi Karena apa yang dikatakan atau diperbuat oleh seseorang cenderung
dipercayai oleh orang itu sendiri.
Prasangka,
salah satu bentuk sikap adalah prasangka (prejudice). Prasangka adalah sikap
yang negative terhadap kelompok tertentu atau seseorang, semata-mata karena
keanggotannya dalam kelompok tertentu (Baron & Byrne 1994). Selain itu,
prasangka, seperti halnya dengan sikap, dapat juga positif. Yang jelas,
prasangka adalah problem psikologi sosial karena yang utama dari sikap ini
adalah dampaknya hubungan antarpribadi atau antar kelompok. Dampak negative
yang timbul Karena adanya stereotrapi (sifat-sifat yang khas yang seakan-akan menempel pada
kelompok) yang diberikan kepada kelompok. Dampak negative dari prasangka muncul
karena timbulnya perilaku diskriminasi sebagai perwujudan dan prasangka (Myres
1996).
` mengatasi
prasangka, rasanya sangat sulit untuk mengatakan bahwa prasangka dapat
dihapuskan. Karena prasangka bersumber pada diri manusia dan interaksi
antarmanusia, maka prasangka tidak akan dapat sepenuhnya dihilangkan. Dalam
konseling, misalnya, prasangka dapat dikurangi dengan mengubah pola hubungan
antara konselor dan klien dari yang berpegang teguh pada etika yang standar ke
proses yang dialami bersama untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan bersama,
sehingga dapat dikurangi prasangka-prasangka yang tidak perlu.
Bab
VIII Agresi dan Altruisme
Teori-teori tentang Agresi, sama
halnya dengan pembicaraan dalam bab-bab terdahulu, teori tentang agresi juga
terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu kelompok teori bawaan atau bakat, teori
environmentalis atau teori lingkungan dan teori kognitif. Teori Bawaan ( teori
naluri, teori biologi, teori frustasi-agresi baru).
Pengaruh
terhadap agresi, ada tiga jenis pengaruh terhadap agresi antara lain ( kondisi
lingkungan, pengaruh kelompok). Mengurangi agresi, masalahnya adalah bahwa
terlalu banyak faktor yang mempengaruhi agresi dan sampai naskah ini ditulis,
belum ada satu faktor pun yang dapat di anggap sebagai faktor utama. Cara lain
lagi adalah mengurangi sarana atau prasarana yang dapat memicu agresi.
Meningkatkan
perilaku menolong, sama halnya dengan mengurangi perilaku agresif, meningkatkan
perilaku menolong secara teoritis juga dapat diusahakan walaupun dalam kenyataanya
belum ditemukan suatu cara yang paling ampuh. (mengurangi kendala,
memasyarakatkan altruisme).
Bab
IV
Kelebihan
dan Kekurangan
Kelebihan
Kelebihan
dari kedua buku ialah banyak point dari setiap materi pembahasaanya sehingga
pembaca menjadi paham tentang setiap materi yang di buku psikologi sosial ini,
kelebihan selanjutnya dari kedua buku ini ialah banyak teori yang belum
diketahui para pembaca, sehingga dapat memudahkan pekerjaan setiap pembaca
kedua buku ini, penyajian kedua buku ini sangat bagus mulai dari cover dan
sampai isi-isinya. Intinya, kedua buku membantu pembaca dalam mengetahui atau
memahami tentang psikologi terutama di sosial sehingga pembaca tidak terlalu
mencari bahan penambah di internet.
Kekurangan
Dari
setiap kelebihan pasti tentu ada kekurangan, sehingga penulis dapat mengkritik
hal tersebut. Jika dilihat dari segi kekurangan dari kedua buku ini, hampir
tidak ada kekurangan. Hanya mungkin menurut saya sebagai penulis kekurangan
dari kedua buku ini hanya di penulisan bahasa yang sukar, yang dimana banyak
menggunakan bahasa inggris, ataupun bahasa latin yang dimana menurut para ahli
banyak menggunakan bahasa tersebut. Sebenarnya, bahasa itu tidak terlalu
masalah bagi seorang pembaca hanya kekurangan dari kedua buku ini terlalu
banyak menggunakan bahasa dan kalimat kata yang boros.
Bab
IV
Penutup
1.
Kesimpulan
Psikologi
sosial merupakan suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para
ahli dalam budang interdispliner ini pada umumnya adalah para ahli psikologi
atau sosiologi, walaupun semua ahlipsikologi sosial menggunakan baik individu
maupun kelompok sebagai unit analisis mereka.
Di
buku Sarlito Wirawan Sarwono, membahas tentang teori-teori psikologi sosial
yang dimana teori-teori tersebut banyak menceritakan semua tentang ruang
lingkup kehidupan manusia didunia sosial, bahkan bukan hanya dari individu saja
yang diteliti melainkan dari kelompok sosial di masyarakat para ahli juga
menerapkan teori-teorinya sehingga dapat mengambil nilai teorinya.
Di
buku yang kedua Prof. Dr. Bimo Walgito juga menjelaskan tentang teori-teori
psikologi sosial, hanya membedakan dari buku Sarlito Wirawan Sarwono, buku
Prof.Dr. Bimo Walgito lebih lengkap menjelaskan point-point tentang teori apa
saja yang ada di psikologi sosial, bisa dibilang juga bahwa versi kedua ini
adalah versi saling melengkapi atau mengembangkan isi buku mereka.
Jadi,
kedua buku ini sangat membantu penikmat membaca dalam mengetahui tentang
teori-teori psikologi sosial, yang dimana disini arti dari membantu adalah
memudahkan pembaca dalam memenuhi tugas kuliah khususnya di bidang psikologi
sosial, jadi pembaca tentu sangat mengerti dari isi kedua buku ini, dan tidak
menutup kemungkinan pernarikan kesimpulan mudah untuk dilakukan.
2. Saran
Saran
untuk kedua buku ini tidak banyak penulis hanya mengasih saran bahwa jangan
terlalu menggunakan bahasa yang belum tentu sih pembaca mengerti dengan kata
lain bahasa nya terlalu sukar. Sehingga pembaca mudah dalam melakukan pekerjaan
tugas ilmiah nya.
Daftar
Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………………i
DaftarIsi……………………………………………………………………………………ii
Bab
I Pendahuluan………………………………………………………………………..4
1.1.Latar
Belakang………………………………………………………………………….4
1.2.Tujuan
Penulis…………………………………………………………………………..5
1.3.Manfaat………………………………………………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Identitas Buku 1…………….…………………………………………... 4
2.2
Ringkasan Isi Buku 1……….…………………………………………... 4
2.3. Identitas Buku 2………………………………………………………... 15
2.4. Ringkasan Isi Buku 2
…………………………………………………..................................... 15
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
BUKU
3.1. Kelebihan………………………………………………………………. 19
3.2. Kekurangan…………………………………………………….............. 19
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan……………………………………………………………...
4.2. Saran…………………………………………………………………….
gomawo ~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar