Bangtan Sonyeondan

Bangtan Sonyeondan

Jumat, 19 Mei 2017

critical book report psikologi sosial

CRITICAL BOOK REPORT
Dosen Pengampu : Dra. Rosdiana M,pd
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Ira Natasya Tarigan
1153371013
Ektensi A

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Ada pun tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial oleh Dra.Rosdiana M,pd, yang mana materi yang penulis bahas mengenai Critical Book Report.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                                Medan 05 Maret 2017

                                                                                                            Penulis











BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para ahli psikologi atau sosiologi, walaupun semua ahli  psikologi sosial menggunakan baik individu maupun kelompok sebagai unit analisis mereka. Buku “psikologi sosial” dari professor Sarlito Sarwono ini merupakan buku pengantar yang komprehensif, mencakup semua pokok yang penting dalam psikologi sosial modern dan dari mana ia  berasal.
Pada tahun 1930, di amerika serikat telah dikembangkan psikologi yang secara khusus mempekajarti hubungan antar manusia. Akhirnya muncullah cabang ilmu baru dari ilmu jiwa ini yang kemudian dikenal dengan istilah psikologi sosial. Masalah-masalah yang menjadi focus bahasanya adalah kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan konteks sosialnya.
Dalam kehidupan sehari-harinya hubungan diantara manusia tersebut ternyatatisdak selamanya berjalan lancar, adakalanya muncul kesalahapahaman, perselisihan, pertengkaran, permusuhan, bahkan peperangan. Lingkup kejadiannya tidak saja terjadi dalam skala yang kecil ditingkat keluarga dan lingkungan kelurahan tetapi juga bisa terjadi dalam skala yang lebih besar ditingkat nasional dan internasional.

2.      Tujuan
1.      Mengkritik baik buruknya dari kedua penulis Psikologi Sosial?
2.      Membandingkan kedua bukub dengan bahasa yang tidak sukar?

3.      Manfaat
Manfaat yang penulis dapat kan dari mengkritik kedua buku ini adalah penulis  menjadi tahu secara luas tentang Psikologi Sosial, sehingga penulis tidak terlalu sukar untuk menyajikan ke dalam kerja tugas mata kuliah.


Bab II
Identitas Buku
Buku Utama
Judul Buku :    Teori-Teori Psikologi Sosial
Penulis Buku : Prof. Dr. Bimo Walgito
Penerbit :         CV Andi Offset
Tahun Terbit :  2011
Kota Terbit :    Yogyakarta
Tebal Buku :    130 Halaman
Buku Pembanding
Judul Buku :    Psikologi Sosial (Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial)
Penulis Buku : Sarlito Wirawan Sarwono
Penerbit :         Balai Pustaka
Tahun Terbit :  2002
Kota Terbit :    Jakarta
Tebal Buku :    350 Halaman
Ringkasan Isi Buku
                     Psikologi merupakan kata yang diambil dari bahasa belanda “psycologie” atau dari bahasa Inggris “psycoloogy”. Ditinjau dari sudut asal katanya, kata psycologie dan psychology berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu “pscye” dan “logos” yang berarti jiwa dan ilmu. Berdasarkan pengertian itu, maka orang dengan mudah memberikan batasan atau pengertian psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa atau seringf disebut dengan “ilmu jiwa”.

Bab I Interaksi
                     Interaksi, merupakan hubungan sosial antara individu yang satu dengan yang lain yang saling memengaruhi satu dengan yang lainnya. Salah satu teori mengenai sifat hakikat manusia adalah bahwa manusia itu makhluk individual sekaligus mahkluk sosial. Dalam perkembangannya interaksi semakin intensif sampai pada interaksi yang mendalam, atau terjadi perpotongan utama. Perkembangan interaksi yang sederhana dan kurang intim sampai interaksi yang intens. Perkembangan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Contact Perceptual Interpersonal, (2) Involvement testing intensitfying, (3) intimacy, interpersonal commitment, social bonding, (4) deterioration intrapersonal dissatisfaction, interpersonal dissatisfaction, (5) Dissolution Interpersonal separation, social/public separation.
Bab III Teori-teori yang berorientasi pada penguatan.
                     Secara singkat dapat dikemukakan bahwa model Homans mengenai pertukaran perilaku sosial ini komprehensif, perspektif pada perilaku sosial manusia dimana tujuan akhirnya tidak hanya pertukaran perilaku pada individu dalam unit sosial tetapi juga pada perilaku manusia dalam organisasi.
                     Bentuk dan analisis perilaku sosial, sebagai kesimpulan fenomena primer model teoritis Homans adalah interaksi tatap muka nominstitusional yang timbul secara spontan antarmanusia. Bentuk analisis interaksi adalah behavioristik, dengan teori pokok penguatan. Hasil dari dasar interaksi  berada dalam pengertian ekonomis, seperti untung dan rugi.
                     Pertukaran sosial, Homans mendefinsikan dua kelompok terminology untuk observasi perilaku sosial manusia, yaitu terminology deskriptif (descriptive term) dan variabel, deskriptif menunjuk pada perilaku yang diobservasi dalam perilaku sosial, sedangkan variabel adalah dimensi perilaku yang diobservasi, yang dapat dikuantifikasi atau dapat diukur.
                     Proposisi-proposisi, berikut proposisi-proposisi yang dikemukakan Homans : (Proposisi 1 : proposisi ini berkaitan dengan kesuksesan dalam pertukaran sosial yang mengambil hukum akibat, Proposisi 2 : proposisi ini berkaitan dengan stimulus, propossisi 3 : proposisi ini berkaitan dengan nilai, Proposisi 4 : proposisi ini berkaitan dengan kejenuhan, proposisi : proposisi ini berkaitan dengan agresi-persetujuan, proposisi 6 : proposisi ini berkaitan dengan rasionalitas).
                     Teori belajar sosial, teori belajar sosial atau social learning story adalah salah satu teori yang berorientasi pada penguatan (reinforcement) yang dikemukakan oleh Albert Bandura (dalam Shaw dan Costanzo,1985).
                     Makna teori belajar sosial, teori kognitif sosial kurang ekstrem apabila dibandingkan dengan behaviorisme Skinner, dan Bandura memperhatikan masalah kognitif. Walaupun demikian, pendekatan Bandura tetap behavioristik.
                     Proses belajar sosial, dalam hal ini fenomena model merupakan sumber informasi untuk pengamat (observer). Proses belajar observasional, menurut Bandura, dilakukan melalui empat tahap, yaitu (1) attentional processes, (2) retention processes, (3) motor reproduction processes, (4) motivational processes menuju ke matching performance. 
                     Teori Interdependensi, merupakan salah satu teori dari teori pertukaran-penguatan sosial (social reinforcement-exchangetheory) yang merupakan salah satun teori yang berorientasi  pada teori penguatan.
Bab IV Teori yang Berorientasi pada Psikoanalisis
                     Freud semula mengambil metode Breuer dalam hypnosis untuk menangani pasiennya, tetapi akhirnya metode tersebut tidak memuaskan, dan kemudian freud menggunakan asosiasi bebas, yang merupakan perkembangan teknik dalam psikoanalisis.
                     Makna Teori FIRO, merupakan teori yang berkaitan dengan perilaku interpersonal. FIRO adalah singkatan dari Fundamental Interpersonal Relation Orientation yang dikemukakan oleh Schutz. Teori ini ingin menjelaskan perilaku interpersonal dalam orientasi dengan orang lain.
                     Kecocokan dan ketidakcocokan dalam perilaku, dalam interaksi ada dua perilaku yang mungkin terjadi, yaitu kecocokan (komptibel) atau ketidakcocokan. Apabila cocok, interaksi itu akan produktif. Sebaliknya, apabila tidak cocok,interaksi itu tidak produktif. Schutz berpendapat bahwa ada tiga macam kompatibilitas, yaitu interchange compatibility,  originator compatibility dan reciporal compatibility.
Bab V Teori-teori yang berorientasi pada kognitif.
                     Keseimbangan dan ketidakseimbangan, menurut Heider, keseimbangan (balance) diartikan sebagai suatu atau keadaan dimana hubungan antara unsure-unsurnya (entities) dalam keadaan harmonis dan saling sesuai (together).
                     Teori Disonansi Kognitif, teori disonansi kognitif ini cukup sederhana yaitu terjadi ketidaksesuaian (nonfitting) hubungan di antara elemen-elemen kognitif yang menimbulkan tekanan untuk memerangi disonansi dan menolak naiknya disonansi.
                     Faktor-faktor yang dapat menimbulkan Disonansi, menurut Festinger disonansi juga dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu : (logical Inconsistency, Cultural Morres, Opinion Generality, Past Experince)

                     Teori Atribusi, berdasarkan beberapa penelitian, kiranya teori atribusi dapat dipandang sebagai paradigm utama dalam psikologi sosial pada waktu ini (dalam Shaw dan Coztanzo, 1985). Proses atribusi adalah proses penentuan perhatian pengamat (perceiver) ke pemikiran tentang kejadian-kejadian yang merupakan objek persepsikan.
                     Teori Persepsi Diri, maksud pertama Bem adalah untuk mencari pengertian mengenai proses persepsi diri untuk memberikan konsitensi yang logis, suatu alternative terhadap teori disonansi kognitif.
                     Teori perbandingan sosial, teori dikemukakan oleh Festinger, yang dimulai dengan perhatian dari efek komunikasi sosial pada perubahan opini dalam kelompok sosial (Festinger, 1950, dalam Shaw dan Coztanzo, 1985) yang selanjutnya diperluas, termasuk evaluasi, baik mengenai kemampuan maupun evaluasi mengenai opini. Teori ini berorientasi pada kognitif.



Bab VI Teori-Teori yang Berorientasi pada Teori Medan.
                     Lewin lebih terkenal dalam bidang kepribadian daripada dalam bidang-bidang yang lain. Prinsip-prinsip gestalt diakui oleh Lewin (dalam Schultz, dan Schultz 1992).
                     Analisis keadaan mengenai kesesakan, Schopler dan Stokols mengajukan beberapa asumsi tentang sifat orang dalam kesesakan (kesesakan manusia), yaitu (1) pengalaman kesesakan menimbulkan stress psikologis, (2) stress merupakan konsekuensi dari persepsi yang kehilangan control dalam regulasi ruang, (3) apabila orang mengalami stress kesesakan mereka mulai mencoba mengatasinya untuk mengurangi stress, (4) kesesakan akan sangat intens dan sulit ditanggulangi apabila kebutuhan orang akan ruang dikaitkan dengan ancaman terhadap keamanan pribadi.
Bab VII Teori-teori yang berorientasi pada peran
                     Teori synder secara khusus memusatkan pandangannya pada proses implikasi dari perbedaan individu yang stabil antara sifat gaya sosial yang dicirikan oleh peran yang menyenangkan dengan peran yang lebih atau kurang seperti apa adanya.
                     Teori manajemen kesan, teori ini merupakan teori munculan yang mempunyai akar dalam pendekatan yang bervariasi dalam hubungan interpersonal. Aspek teori ini dapat terlihat pada berbagai macam pendekatan.
Bab VIII Teori-Teori Khusus
                     Teori macam-macam tugas dan produktivitas kelompok dikemukakan oleh Steiner. Menurut pendapatnya, salah satu hal tentang kelompok yang perlu mendapatkan perhatian adalah sampai sejauh mana produktivitas suatu kelompok. Semakin produktif suatu kelompok, semakin baik kelompok itu, begitu juga sebaliknya.
                     Teori takut untuk sukses, teori takut untuk sukses ini dikemukakan oleh Matina Horner, dari observasinya perempuan dengan kompetensi tinggi, apabila dihadapkan pada tugas dengan standar prestasi atau tuntutan masyarakat, akan memperlihatkan kecemasan dan turunnya perfomansi.
                     Teori Gender, gender adalah “jenis kelamin”. Tuhan menciptakan manusia berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Masing-masing mempunyai alat-alat atau ciri-ciri tertentu.
                     Tipe seks (sex typing), dalam tipe seks ada dua pandangan yang berbeda, yaitu teori belajar sosialdan teori skema gender (Baron dan Byrne, 1984) : (teori belajar sosial, teori skema gender).
Buku Pembanding
Bab I  Definisi dan Ruang Lingkup Psikologi Sosial
                        Sejarah Psikologi Sosial, di dalam sejarah psikologi sosial dapat dibagi dari 3 tahap antara lain ; Masa Prakelahiran, Masa Awal, Masa perang dunia I & II, dan masa mutakhir, Masa yang akan datang. Jurnal-Jurnal Psikologi Sosial, jurnal adalah media pertukaran informasi dan hasil-hasil penelitian ilmiah di bidang ilmu pengetahuan tertentu. Ada beberapa contoh jurnal yang menjelaskan tentang psikologi sosial; Jurnal of Abnormality (Jurnal Abnormalitas) dan Journal of Personality & Social Pscyhology (Jurnal Psikologi Kepribadian dan Psikologi Sosial).
                     Hubungan Psikologi Sosial dengan Ilmu-ilmu lain, menurut Bommer (1953) perkembangan psikologi sosial tidak terlepas dari pengaruh ilmu-ilmu lain. Lebih lanjut Bonner (1953) menyatakan bahwa ilmu lain yang berpengaruh pada psikologi sosial adalah sosiologi dan antropologi. Sosiologi terkait dengan perilaku hubungan antarindividu atau antara individu dan kelompok atau antar kelompok (interaksionisme) dalam perilaku sosial.
                     Ruang Lingkup Psikologi Sosial, dalam praktiknya penelitian-penelitian psikologi sosial memang mencakup ketiga golongan ruang lingkup tersebut.Sherf dan Muzafer (1956), misalnya, membuat daftar penelitian psikologi sosial padasaat itu sebagai berikut. Sosialisasi bayi sampai dewasa (termasuk dalam golongan1) Sistem Klik, klub, manajemen, serikat buruh dan prasangka (termasuk dalam golongan 2) dan propaganda, segregasi (pemisahan kelompok) dan konflik antarkelompok (termasuk dalam golongan 3).
                     Metode penelitian psikologi sosial, metode penelitian yang digunakan dalam psikologi sosial antara lain Metode pengumpulan data dan analisis (teknik investigasi kasus, teknik statistic, metode diagnostic, teknik proyeksi, pengukuran sikap. Rancangan Penelitian, rancangan penelitian juga dapat dibagi beberapa antara lain; rancangan eksperimental, rancangan korelasi, replikasi dan metode berganda.
                     Penelitian psikologi sosial, Norman Triplett (1898) mengamati bahwa anak-anak yang bersepeda beramai-ramai ternyata lebih cepat daripada yang bersepeda sendirian. Penelitian yang dianggap sebagai cikaal bakal penelitian psikologi sosial ini membuktikan adanya pengaruh kehadiran orang lain terhadap peningkatan prestasi. Sheriff (1936) mengadakan penelitian tentang pembentukan norma kelompok, eksperimennya dilakukan di dalam ruangan yang gelap gulita, dalam ruangan itu hanyaada setitik cahaya yang statis. K. Lewin (1947) meminta sejumlah orang untuk makan jeroan (isi perut) sapi dengan alasan bahwa dagingnya diperlukan untuk para prajurit di medan perang. E.E.Smith (1961) mengadakan eksperimen dengan sejumlah anggota tentara Amerika Serikat . mereka diminta untuk makan belalang goring. Milgan (1963) melakukan eksperimen yang sangat terkenal tentang otoritas.
Bab II Dasar-dasar Perilaku Sosial
Hakikat Manusia, dalam menerangkan hakikat manusia itulah timbul berbagai pendapat dari para pemikir. Pendapat-pendapat itu oleh David Scheneider (1976) digolongkan sebagai berikut :
            Manusia sebagai hewan, sebagai hewan manusia mempunyai berbagai naluri dasar yang mengendalikan dan mengarahkan perilakunya agar dapat bertahan dari segala ancaman, yaitu hubungan seks, makan, pertahanan diri, dan pertahanan kelompok terhadap serangan dari luar.
            Manusia sebagai pencari keuntungan, doktrin bahwa manusia mengejar kesenangan dan menghindari kesakitan, disebut Hedonisme. Dalam abad ke 17 dan 18 doktrin ini menjadi dasar dari analisis psikologi karena pengaruh paham Epicurean. Ketika terjadi revolusi industry di eropa, kecenderungan ini diperkuat karena bisnis mulai berkembang dan orang mulai mencari keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk keluarga, atau kelompok kecilnya sendiri, bukan untuk kepentingan seluruh umat.
            Manusia sebagai salah satu unsure dalam lingkungan fisika, Kurt Lewin mengembangkan paham ini dengan mengemukakan teorinya yang terkenal yaitu teori lapangan (field theory). Unit analisisnya adalah manusia dalam lingkungan yang konkret, yaitu ruang kehidupan (life space) yang berisi diri manusia itu sendiri, manusia-manusia lain, dan lingkungan fisik lainnya. Menurut Lewin, segala sesuatu yang terdapat dalam ruang kehidupan seseorang diwakili dalam alam kesadaran atau “lapangan psikologik” (psychology field) orang tersebut dan dari saat ke saat, setiap bagian dari lapangan psikologik itu dapat mempunyai daya tarik atau daya tolak terkadang kuat, terkadang lemah, terkadang biasa saja.
            Manusia sebagai ilmuwan, pandangan bahwa manusia itu bagaikan ilmuwan dikemukakan, antara lain oleh aliran psikologi kognitif. Pengaruh lewin pada aliran psikologi kognitif adalah bahwa manusia ingin mengerti lingkungannya dalam keadaan yang dapat diramalkan dan jika dapat dikendalikan. Jika keadaan tidak dapat dimengerti, diramalkan, atau dikendalikan akan timbul keadaan yang disebut “disonansi kognitif”.
                     Pengertian dasar motivasi, menurut M. Sherif & C.W. Sherif (1956) motif adalah istilah generic yang meliputi semua faktor internal yang mengarah ke berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut. Menurut kedua peneliti itu berdasarkan asalnya ada dua jenis motif ( Motif biogenic, dan Motif sosiogenic)
            Hubungan perkembangan konsep dan motif, sebelumnya penelitian M.E.Smith pada tahun 1926 membuktikan bahwa perbendaharaan kata bayi berkembang sangat pelan sampai umur 18 bulan (hanya mencapai 22 kata), tetapi meningkat dengan pesat sejak usia 21 bulan (21 bulan=118 kata, 24 bulan=122 kata). Selanjutnya, Sherif&Sherif juga melaporkan penelitian Holenberg pada tahun 1946 tentang suku bangsa Sirions (Indian Bolivia) yang hampir selamanya berada dalam kelaparan (kekurangan makanan), mereka belum dapat bercocok tanam atau berternak. Karena itu, mereka harus terus-menerus berburu.
            Beberapa pendekatan dasar pada motivasi, selanjutny6a S.S.Sargent& R.C. Willianson (1946) mencoba menelusuri berbagai pendekatan dan teori tentang motif : ( teori isnting, konsep dorongan, teori libdo dan ketidaksetaraan dari Sigmund Freud, perilaku purposive dan konflik, otonomi fungsional, motif sentral).
Bab III Teori-teori Psikologi Sosial ( Teori Psikoloanalisis dan Pandangan Biologi Modern)
                     Pandangan Psikoanalisis, Menurut Erik Erikson adalah tokoh psikoanlisis yang lain adalah Erik Erikson, ia setuju dengan banyak gagasan Freud, seperti insting, kepribadian yang terdiri atas Id, Ego, dan Super-go, perkembangan kepribadian yang bertahap-tahap, dan bahwa anak harus mengalami krisis di masa kanak-kanak untuk berkembang ke masa dewasa. Menurut Karen Horney (1967) salah satu pendapatnya yang penting adalah bahwa psikologi wanita tidak sama dengan psikologi pria. Proses terjadinya peran feminism pada wanita, bukan karena Electra Complex yang dalam teori Freud hanya merupakan pembalikan dari teori Oedipoes Complex. Menurut Alfred Adler (1929, 1964), berbeda dari Freud yang mengutamakan masa kanak-kanak dalam analisis kepribadianya. Adler menekankan pada pentingnya masa depan. Yang terpenting dalam menentukan perilaku adalah tujuan (telos) hidup, yaitu pengakuan dari lingkungannya (Geltungstrieb). Menurut William Schutz (1955, 1958) ia adalah seorang penganut psikolanalisis yang mengembangkan tipe-tipe kepribadian berdasarkan pengalaman seseorang semasa kanak-kanaknya. Ada tiga tipe kepribadian yang berkenaan dengan hubungan antar-pribadi seseorang, yaitu (1) tipe control, (2) tipe inklusi, (3) tipe afeksi.
                     Pandangan Biologik, etologi adalah ilmu tentang dasar-dasar evolusi dari perilaku dan perkembangan. Sumber asalnya adalah teori evolusi dari Charles Darwin. Sosiobiologi, jika etologi menekankan pada perilaku adaptif sebagai proses evolusi untuk kelangsungan individu. Sosiobiologi berpendapat bahwa perilaku adaptif adalah untuk kelangsungan gen-gen. perilaku yang dipertahankan atau dikembangkan dalam evolusi adalah yang dapat meneruskan gen-gen, bukan survival individual. Genetika Perilaku, teori ini adalah kombinasi antara genetic dan pengaruh perilaku.
                     Pandangan Environmentalis, intinya adalah behaviorisme dari J.B. Watson yang meluncurkan pandangannya untuk pertama kalinya pada tahun 1913 “manusia bereaksi terhadap lingkungan (environment). Karena itu, manusia belajar dari lingkungannya. Watson selanjutnya berpendapat bahwa perilaku sosial (berjabat tangan, tersenyum, ramah, rohmat kepada orangtua, mudik lebaran, taat kepada perintah atasan, agresif pada musuh, takut kepada Tuhan, berdoa, dan sebagainya) dikembangkan manusia berdasarkan proses-proses kondisioning klasik ini.  
Bab IV Persepsi, Atribusi, dan Kognisi Sosial,
                     Persepsi sosial, persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Dalam persepsi sosial ada dua hal yang ingin diketahui yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini,di tempat ini melalui komunikasi non lisan (kontak mata, busana, gerak tubuh, dan sebagainya) atau lisan kondisi yang lebih permanen yang ada dibalik segala yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi, dan sebagainya) yang diperkirakan menjadi penyebab dari kondisi saat ini. Persepsi dan atribusi ini sifatnya memang sangat subjektif, yaitu tergantung sekali pada subjek yang melaksanakan persepsi dan atribusi itu. Perilaku membunuh, misalnya, dapat dianggap kelakuan penjahat yang sadis, bela diri atau kepahlawanan.
                     Atribusi sosial, Menurut Myres (1996) kecenderungan member atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (sifat ilmuwan pada manusia), termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain. Secara akal sehat, ada dua golongan yang menjelaskan suatu perilaku, yaitu yang berasal dari orang yang bersangkutan (atribusi internal) dan yang berasal dari lingkungan atau luar diri orang yang bersangkutan (atribusi eksternal).  
                     Kognisi Sosial, elemen-elemen kognisi itu saling berhubungan yang terdiri atas tiga jenis hubungan, yaitu hubungan yang tidak relevan, hubungan yang konsonan, hubungan yang disonan. Hubungan tidak relevan, misalnya, terdapat dalam lapangan kesadaran (kognisi) Wayan tentang John yang tidak mau membelikannya tiket (elemen kognisi pertama) dan temannya John yang mau datang ke rumah John (elemen kedua). Hubungan yang ideal dalam struktur kognisi setiap manusia adalah kondisi konsonan, yaitu jika antara dua elemen ada hubungan yang relevan, hubungan itu hendaknya tidak saling bertentangan.  
Bab V Diri Pribadi dan Sosial
                     Kepribadian, definsi kepribadian (sampai saat buku ini ditulis) yang paling banyak dianut oleh para pakar psikologi di Indonesia adalah dari G.W. Allport (1971, dipublikasikan pertama kali tahun 1937), definisi tersebut adalah berikut : personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustments to his envinroment. Konsep kepribadian menimbulkan paradox bagi para ahli. Jadi, para pakar mengembangkan sendiri arti kepribadian, sesuai dengan minat atau bidang studi masing-masing, antara lain, kepribadian dipelajari sebagai tatanan emosi-emosi dasar, pola kebiasaan, sifat-sifat moral atau etika, sikap dan nilai-nilai, dan sebaginya.
                     Teori-teori Kepribadian, kepribadian itu selanjutnya digambarkan secara berbeda-beda oleh berbagai aliran dalam psikologi. Psikoanalisis, dalam teori psikoanalisis inti dari kepribadian adalah Ego. Dalam teori psikoanalisis dari freud, ego ini harus menghadapi konflik antara id (yang berisi naluri-naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan superego (yang berisi larangan-larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Akan tetapi, dalam psikoloanalisis dari C.G. Jung, ego bukannya menghadapi konflik antara Id dan Superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidaksadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dari masa generasi-generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang berisi pengalaman pribadi yang diredam ke dalam ketidaksadaraan). Behaviorisme, menurut Bandura (1977), proses mempelajari aturan-aturan sosial ini dinamakan proses belajar sosial. Manusia,  kata Bandura, sejak masa kanak-kanaknya sudah mempelajari berbagai tata-cara beriperilaku, sedemikian rupa sehingga ia tidak canggung dan serba salah menghadapi berbagai situasi dan persoalan.
                     Teori-teori dalam Psikologi Kognitif, J. Piaget, jika K.Lewin mencoba menggambarkan struktur dan dinamika kognisi, tokoh psikologi kognisi lain yang juga sangat terkemuka, Piaget ( 1950), menjelaskan perkembangan kognisi sebagai inti dari kepribadian manusia. Menurut Piaget, bagaimana seseorang beriperilaku terhadap orang lain, tergantung pada konsepnya  tentang orang itu dan konsep itu sendiri tergantung pada konsepnya tentang orang itu dan konsep itu sendiri tergantung pada perkembangan kognisinya. Menurut Piaget, teorinya tentang perkembangan kognitif ini berlaku tanpa kecuali (invariant) dan Hierarkis. Artinya, setiap tahap perkembangan kognisi merupakan prasyarat dari tahap berikutnya. F.Heider, berkaitan dengan teori-teori tentang struktur dan perkembangan kognisi ini, yang sangat penting dalam membicarakan kepribadian dalam rangka psikologi sosial adalah teori atibusi (teori tentang proses informasi sosial). R. Selma, kognisi dalam perkembangan hubungan antarpribadi terjadi melalui kemampuan berperan (role taking skills). Robert Selman (1980) dalam upayanya untuk meneliti tingkat-tingkat kemampuan pengambilan peran pada berbagai usia, menggunakan kasus yang mengandung dilema untuk dipecahkan.
Bab VI Hubungan Antar pribadi
                     Komunikasi Antarpribadi, menurut Hartley (1993) ada berbagai jenis komunikasi, yaitu antara individu dan individu, antara individu dan massa (misalnya, dalam pidato atau kuliah), dan antara kelompok dengan massa (misalnya, antara para penyuluh pertanian yang mewakili pemerintah dan para petani) masing-masing dapat berlangsung secara tatap muka, atau dengan bantuan alat atau teknologi (telepon, radio, tv, film, dan sebagainya).  Aspek lain dalam komunikasi antarpribadi menurut Hartley adalah hubungan dua arah. Komunikasi tatap muka berbeda dari warta berita di tv atau radio karena kedua pihak dapat saling menukar pesan. Dengan pertukaran pesan itu, terjadi saling pengertian akan makna atau arti dari esan itu.
                     Hubungan dengan orang yang belum dikenal, Zajonc (1968) mengatakan bahwa dengan orang yang belum atau baru dikenal, faktor yang memudahkan komunikasi dan hubungan adalah pertemuan yang berulang-ulang, sejauh reaksi pada saat pertama bertemu tidak terlalu negative. Eksperimen-eksperimen lain dari Zajonc (Kunst Wilson&Zajonc, 1980, Moreland&Zajonc, 1977) juga membuktikan bahwa makin sering berjumpa makin membangkitkan perasaan suka (dalam pepatah jawa : witing tresno jalaran soko kulino, artinya: tumbuhnya cinta karena sering berjumpa).  
                     Gangguan pada hubungan, hubungan antarpribadi yang dimulai dari komunikasi antar pribadi dapat meningkat kea rah yang makin erat, makin akrab, sampai pada hubungan intim, sahabat, pacar, dan perkawinan. Akan tetapi, pada tahap mana pun, hubungan itu dapat terganggu, bahkan sampai terputus. Dampak putus hubungan adalah kesepian.

Bab VII Sikap dan Prasangka
                     Terbentuknya sikap, sebagaimana sudah dijelaskan pada bagian awal dari bab ini, sebagian orang berpendapat bahwa ada faktor-faktor genetic yang berpengaruh pada terbentuknya sikap (Arvey, 1989: Keller, 1992, Waller 1990). Walaupun demikian, sebagian besar dari para pakar psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar.
                     Perilaku menentukan sikap, karena pembentukan sikap yang paling efektif adalah melalui pengalaman sendiri, maka para pakar berusaha mengetahui sampai seberapa jauh perilaku dapat mempengaruhi terbentuknya sikap. Pengaruh perilaku pada sikap juga terjadi Karena apa yang dikatakan atau diperbuat oleh seseorang cenderung dipercayai oleh orang itu sendiri.
                     Prasangka, salah satu bentuk sikap adalah prasangka (prejudice). Prasangka adalah sikap yang negative terhadap kelompok tertentu atau seseorang, semata-mata karena keanggotannya dalam kelompok tertentu (Baron & Byrne 1994). Selain itu, prasangka, seperti halnya dengan sikap, dapat juga positif. Yang jelas, prasangka adalah problem psikologi sosial karena yang utama dari sikap ini adalah dampaknya hubungan antarpribadi atau antar kelompok. Dampak negative yang timbul Karena adanya stereotrapi (sifat-sifat  yang khas yang seakan-akan menempel pada kelompok) yang diberikan kepada kelompok. Dampak negative dari prasangka muncul karena timbulnya perilaku diskriminasi sebagai perwujudan dan prasangka (Myres 1996).
`                    mengatasi prasangka, rasanya sangat sulit untuk mengatakan bahwa prasangka dapat dihapuskan. Karena prasangka bersumber pada diri manusia dan interaksi antarmanusia, maka prasangka tidak akan dapat sepenuhnya dihilangkan. Dalam konseling, misalnya, prasangka dapat dikurangi dengan mengubah pola hubungan antara konselor dan klien dari yang berpegang teguh pada etika yang standar ke proses yang dialami bersama untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan bersama, sehingga dapat dikurangi prasangka-prasangka yang tidak perlu.


Bab VIII Agresi dan Altruisme
                     Teori-teori tentang Agresi, sama halnya dengan pembicaraan dalam bab-bab terdahulu, teori tentang agresi juga terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu kelompok teori bawaan atau bakat, teori environmentalis atau teori lingkungan dan teori kognitif. Teori Bawaan ( teori naluri, teori biologi, teori frustasi-agresi baru).
                     Pengaruh terhadap agresi, ada tiga jenis pengaruh terhadap agresi antara lain ( kondisi lingkungan, pengaruh kelompok). Mengurangi agresi, masalahnya adalah bahwa terlalu banyak faktor yang mempengaruhi agresi dan sampai naskah ini ditulis, belum ada satu faktor pun yang dapat di anggap sebagai faktor utama. Cara lain lagi adalah mengurangi sarana atau prasarana yang dapat memicu agresi.
                     Meningkatkan perilaku menolong, sama halnya dengan mengurangi perilaku agresif, meningkatkan perilaku menolong secara teoritis juga dapat diusahakan walaupun dalam kenyataanya belum ditemukan suatu cara yang paling ampuh. (mengurangi kendala, memasyarakatkan altruisme).











Bab IV
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
                     Kelebihan dari kedua buku ialah banyak point dari setiap materi pembahasaanya sehingga pembaca menjadi paham tentang setiap materi yang di buku psikologi sosial ini, kelebihan selanjutnya dari kedua buku ini ialah banyak teori yang belum diketahui para pembaca, sehingga dapat memudahkan pekerjaan setiap pembaca kedua buku ini, penyajian kedua buku ini sangat bagus mulai dari cover dan sampai isi-isinya. Intinya, kedua buku membantu pembaca dalam mengetahui atau memahami tentang psikologi terutama di sosial sehingga pembaca tidak terlalu mencari bahan penambah di internet.
Kekurangan
                     Dari setiap kelebihan pasti tentu ada kekurangan, sehingga penulis dapat mengkritik hal tersebut. Jika dilihat dari segi kekurangan dari kedua buku ini, hampir tidak ada kekurangan. Hanya mungkin menurut saya sebagai penulis kekurangan dari kedua buku ini hanya di penulisan bahasa yang sukar, yang dimana banyak menggunakan bahasa inggris, ataupun bahasa latin yang dimana menurut para ahli banyak menggunakan bahasa tersebut. Sebenarnya, bahasa itu tidak terlalu masalah bagi seorang pembaca hanya kekurangan dari kedua buku ini terlalu banyak menggunakan bahasa dan kalimat kata yang boros.






Bab IV
Penutup
1.      Kesimpulan
Psikologi sosial merupakan suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para ahli dalam budang interdispliner ini pada umumnya adalah para ahli psikologi atau sosiologi, walaupun semua ahlipsikologi sosial menggunakan baik individu maupun kelompok sebagai unit analisis mereka.
Di buku Sarlito Wirawan Sarwono, membahas tentang teori-teori psikologi sosial yang dimana teori-teori tersebut banyak menceritakan semua tentang ruang lingkup kehidupan manusia didunia sosial, bahkan bukan hanya dari individu saja yang diteliti melainkan dari kelompok sosial di masyarakat para ahli juga menerapkan teori-teorinya sehingga dapat mengambil nilai teorinya.
Di buku yang kedua Prof. Dr. Bimo Walgito juga menjelaskan tentang teori-teori psikologi sosial, hanya membedakan dari buku Sarlito Wirawan Sarwono, buku Prof.Dr. Bimo Walgito lebih lengkap menjelaskan point-point tentang teori apa saja yang ada di psikologi sosial, bisa dibilang juga bahwa versi kedua ini adalah versi saling melengkapi atau mengembangkan isi buku mereka.
Jadi, kedua buku ini sangat membantu penikmat membaca dalam mengetahui tentang teori-teori psikologi sosial, yang dimana disini arti dari membantu adalah memudahkan pembaca dalam memenuhi tugas kuliah khususnya di bidang psikologi sosial, jadi pembaca tentu sangat mengerti dari isi kedua buku ini, dan tidak menutup kemungkinan pernarikan kesimpulan mudah untuk dilakukan.
 Image result for bts photoshoot
2.      Saran
         Saran untuk kedua buku ini tidak banyak penulis hanya mengasih saran bahwa jangan terlalu menggunakan bahasa yang belum tentu sih pembaca mengerti dengan kata lain bahasa nya terlalu sukar. Sehingga pembaca mudah dalam melakukan pekerjaan tugas ilmiah nya.



Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………………i
DaftarIsi……………………………………………………………………………………ii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………..4
1.1.Latar Belakang………………………………………………………………………….4
1.2.Tujuan Penulis…………………………………………………………………………..5
1.3.Manfaat………………………………………………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Identitas Buku 1…………….…………………………………………...                      4
2.2  Ringkasan Isi Buku 1……….…………………………………………...                       4
2.3. Identitas Buku 2………………………………………………………...                       15
2.4.  Ringkasan Isi Buku 2
………………………………………………….....................................   15
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
3.1.    Kelebihan……………………………………………………………….                       19
3.2.    Kekurangan……………………………………………………..............                       19

BAB IV PENUTUP
4.1.    Kesimpulan……………………………………………………………...
4.2.  Saran…………………………………………………………………….


 gomawo ~~
 Related image




BTS - Jimin  - Park Ji Min