TUJUAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT
D
I
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok 2
·
Febrini Sinaga (1152171004)
·
Itah Erlita (1152171007)
·
Elza Gusliranti Togatorop (1151171008)
·
Nanda Pratama (1152
171008)
·
Sastra
Sibarani (1152171010)
·
Septi Nurhidayah
(1152171012)
Dosen Pengampu: Dr.
Nurlaila, M.Pd
Mata kuliah : Pembangunan Masyarakat
Pendidikan Luar
Sekolah
Fakultas Ilmu
Pendidikan
Universitas
Negeri Medan
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatNyalah maka
kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Tujuan
Pembangunan Masyarakat”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang
besar bagi kita untuk mempelajari tujuan
pembangunan masyarakat.
Melalui kata pengantar kami ini lebih dahulu meminta maaf dan
memohon maklum bila isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Medan,
September 2016
Penyusun
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................ 1
A.LATARBELAKANG
MASALAH.......................................... 1
B.RUMUSAN MASALAH......................................................... 2
C. TUJUAN
PENDAHULUAN.................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................. 3
A.PENGERTIAN
PEMBANGUNAN MASYRARAKAT......... 3
B.TUJUAN
PEMBANGUNAN.................................................. 4
C.PRINSIP-PRINSIP
PEMBANGUNAN MASYARAKAT....... 6
D.KONSEP-KONSEP PEMBANGUNAN.................................. 7
BAB III PENUTUP.................................................................... 13
KESIMPULAN.......................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Masyarakat
adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama
sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dalam kesatuan sosial dengan
batas-batas tertentu. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini
dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami
apa yag dinamakan dengan
perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui
bila kita melakukan sutu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada
masa tertentu yang kemudian dibandingkan dengan keadaan masyarakat pada masa
lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, pada intinya
merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus, ini arinya bahwa masyarakat
pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang
terjadi pada suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain tidaklah sama.
Perubahan
sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam
suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada definisi
tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia
dimana perubahan memengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial
terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan
keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis,
biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Perubahan sosial merupakan bagian dari
perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yaitu
meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan lainnya. Akan
tetapi, perubahan tersebut tidak memengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.
Namun demikian, dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk
dipisahkan. Dalam setiap prakteknya di lapangan, perubahan sosial dapat
terjadi sangat lambat maupun sangat cepat.
B. RUMUSAN
MASALAH
Beberapa
rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas, antara lain:
1.
Apa pengertian pembangunan masyarakat ?
2.
Apa tujuan
dari pembangunan masyarakat ?
3.
Apa saja prinsip pembangunan masyarakat ?
4.
Apa saja konsep-konsep pembangunan ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pengertian pembangunan
masyarakat.
2. Memahami tujuan dari pembangunan masyarakat .
4. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip pembangunan masyarakat.
3. Memahami tujuan dari pembangunan
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pembangunan
Pembangunan diartikan sebagai suatu proses pembangunan yang
menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan (growth)
maupun perubahan (change) dalam kehidupan bersama (organisasi) sosial
dan budaya atau dengan kata lain usaha
yang direncanakan untuk mengadakan
perubahan yang lebih baik Semua bangunan yang dibangun untuk membuat fikiran manusia sehat. Hakekat dari pembangunan
yaitu membangun diri manusia secara seutuhnya secara emosional,
fisik, intelektual dan perasaan.
Bagaimana
pembangunan akan dilakukan jika pola pikir manusia tidak sehat. Pembangunan akan bisa
dilakukan jika masyarakat sudah mempunyai pola pikir yang sehat.
Contohnya saja masyarakat yang ada di Kalijodo mereka disana tidak memnpunyai pola pikir yang sehat,
mereka tidak mau adanya pembangunan dilakukan disana dan mereka tidak mau dipindahkan
ketempat yang lebih bagus karena mereka berfikir di tempat itulah mereka mendapat penghasilan maka dari
itu disana tidak
bisa dilakukan pembanguna jika msayarakat disana memiliki pola pikir yang tidak
sehat. Mereka tidak sadar jika pembangunan dilakukan dapat merubah
hidup mereka menjadi
lebih baik lagi ,hal ini merupakan gambaran umum
dari masyarakat luas (society).
B.
Tujuan pembangunan
Menurut Purwoko (dalam Yuwono
2001:54) mengemukakan terdapat tiga tujuan pembangunan masyarakat yakni
:
1. Pembangunan masyarakat sebagai pengadaan
pelayanan masyarakat interpretasi pembangunan masyarakat yang demikian
merupakan kelengkapan dan strategi kebutuhan pokok. Pembangunan dalam hal ini
identik dengan peningkatan pelayanan sosial dan pemberian fasilitas sosial,
seperti kesehatan gizi, sanitasi, dan sebaigainya yang keseluruhannya
meningkatkan kesejahteraan.
2. Pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana
untuk mencapai tujuan sosial yang kompleks dan bervariasi. Di banyak Negara
pembangunan masyarakat diartikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan-tujuan
sosial yang lebih sublime dan sukar diukur seperti, keadilan, pemerataan,
peningkatan budaya, kedaimaian pikiran, dan sebagainya.
3. Pembangunan sosial sebagai upaya terencana
untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk berbuat. Anggapan dasar dari
interpretasi pembangunan yang demikian adalah manusia dan bukan ekonomi dan
teknologi yang menjadi fokus dan sumber pembangunan yang utama. Kehendak,
komitmen dan kemampuan manusia sebagai anggota masyarakat merupakan
sumber-sumber pembangunan yang strategi.
Keseluruhan
upaya itu harus membangun kemampuan dan kesempatan masyarakat untuk berperan
serta dalam pembangunan sehingga masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi
juga subjek pembangunan. Upaya membangun kemajuan, kemandirian dan
kesejahteraan itu harus dicapai pula dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Dengan demikian, pemerintah Indonesia telah membuat komitmen nasional
untuk memberantas kemiskinan dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Dimana pemerintah dan semua perangkatnya dalam semua level, baik
pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota bersama-sama dengan berbagai unsur masyarakat memikul
tanggungjawab utama untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan dan sekaligus memberantas
kemiskinan.Selanjutnya, Talizuduhu Nddrana (1982:107) menguraikan tentang
sasaran pembangunan masyarakat yaitu sebagai berikut : a. Peningkatan tarap
hidup masyarakat, diusahakan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan
swadaya masyarakat. dan juga sebagai usaha menggerakan partisifasi masyarakat.
b. Partisifasi masyarakat dapat meningkat dalam upaya peningkatan tarap hidup
masyarakat. c. Antara partisifasi masyarakat dengan kemampuannya berkembang
secara mandiri, terhadap hubungan yang erat sekali, ibarat dua sisi mata uang
tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Masyarakat yang berkemampuan
demikian biasa membangun dengan atau tanpa partisifasi vertikal dari pihak
lain. d. Kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dapat ditumbuhkan
melalui intensifikasi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Lebih lanjut
Talizuduhu Ndrana (1989: 170) berpendapat bahwa keempat sasaran pembangunan
masyarakat diatas yatu perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat
miskin, pembangkitan partisipasi masyarakat dan menumbuhkan kemampuan
masyarakat untuk berkembang secara mandiri tidak berdiri sendiri melainkan
diusahakan agar satu berkaiyan dengan yang lainnya sehingga ketiganya sebuah
paket usaha.
C.
Prinsip-Prinsip
Pembangunan Masyarakat
Pembangunan
masyarakat diselenggarakan atas dasar prinsip-prinsip keterpaduan,
keberlanjutan, keserasian, kemampuan sendiri kederisasi. Prinsip keterpaduan
mengandung arti bahwa program atau kegiatn pembangunan masyarakat disusun oleh,
bersama, dalam dan untuk masyarakat atas dasar kebutuhan dan berbagai sumber
yang tersedia untuk memenuhi kepentingan bersama dalam aspek kehidupan. Prinsip
keberlanjutan, memberi arah bahwa pembangunan masyarakat itu tidak dilakukan
sekaligus. Melainkan bertahap dan terus menerus menuju kearah yang lebih baik.
Program yang telah berhasil merupakan titik awal untuk program berikutnya
sedangkan suatu program yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menurut adanya
kegiatan lanjutan. Prisip keserasian, mengandung makna bahwa program
pembangunan masyarakat memperhatikan keserasian antara kebutuhan terasa yang
diyatakan oleh perorangan, lembaga-lembaga dan pemerintah. Keserasian ini pun
tercermin dalam kegiatan yang bertumpu pada kepentingan rakyat banyak dan
pemerintah. Kegiatan dan sasaranya mengarah pada terpenuhinya kebutuhan jasmani
dan rohaniah serta kseimbangan dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan.
Keserasian itupun tercermin daqlam kegiatan yang bertumpu pada kepentingan
rakyat banyak dan pemerintah. Kegiatan dan sasarannya mengarah pada
terpenuhinya kebutuhan jasmaniah dan rohaniah serta keeimbangan dalam seluruh
aspek hidup dan kehidupan. Keserasian itupun tercermin antara kegiatan yang
telah, sedang dan akan dilakukan.
D.
Konsep-Konsep
Pembangunan
Sebelum kita membahas hal-hal pokok mengenai konsep yaitu ada
baiknya kita tinjau terlebih dahulu konsep
pembangunan yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia dalam arti yang
luas. Dari konsep pembangunan tersebut setidaknya terdapat
beberapa unsur penting yang sekaligus merupakan prasyarat suatu aktifitas agar dapat dikatakan sebagai sebuah
pembangunan, yaitu:
1. Pembangunan sebagai sebuah
pergeseran yang berjalan secara gradual dan tak berulang, setidaknya mengandung makna bahwa pembangunan memiliki dinamika
dari suatu rangkaian proses yang sistematis;
2. Pembangunan memuat atau berisikan
usaha-usaha atau realisasi atas rencana-rencana yang dibuat secara rinci, dalam
hal ini pernyataan dimaksud sangat terkait dengan aktifitas eksplorasi,
identifikasi, dan klasifikasi atas berbagai masalah dan potensi pembangunan;
3. Bahwa pembangunan mencakup tema-tema penting kehidupan sebagai pokok perubahan dan
pertumbuhan atau perbaikan, artinya pembangunan termotivasi atas usaha untuk
memenuhi kebutuhan strategis manusia yang bersifat prioritas.
Konsep pembangunan dimaksud dalam
konteks pengembangan masyarakat dapat dicermati sebagai suatu proses perencanaan
pembangunan yang mengakomodasi aspirasi masyarakat, berdasarkan potensi
sumberdaya yang ada untuk memenuhi kebutuhan prioritas dalam rangka
kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan
menurut literatur-literatur ekonomi pembangunan seringkali didefinisikan sebagai
suatu proses yang berkesinambungan dari peningkatan pendapatan riil perkapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya.
Dari pandangan itu lahir konsep-konsep mengenai pembangunan sebagai
pertumbuhan ekonomi.Teori mengenai pertumbuhan ekonomi dapat ditelusuri setidak-tidaknya
sejak abad ke- 18. Menurut Adam Smith (1776) proses pertumbuhan dimulai apabila perekonomian mampu melakukan pembagian kerja (division of labor). Pembagian
kerja akan meningkatkan bproduktivitas byang pada gilirannya akan meningkatkan
pendapatan. Adam Smith juga menggaris bawahi
pentingnya skala ekonomi. Dengan meluasnya
pasar, akan terbuka inovasi- inovasi baru yang pada gilirannya akan mendorong perluasan pembagian kerja dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith bmuncul
pemikiran-pemikiran yang berusaha mengkaji batas-batas pertumbuhan (limits to
growth) antara lain Malthus (1798) Setelah Adam Smith, Malthus, dan Ricardo yang disebut sebagai aliran klasik, berkembang
teori pertumbuhan ekonomi modern dengan berbagai variasinya yang pada
intinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang menekankan pentingnya akumulasi modal
(physical capital formation) dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
(human capital).
Salah satu pandangan
yang dampaknya besar dan berlanjut
hingga sekarang adalah model pertumbuhan
yang dikembangkan oleh Harrod (1948) dan Domar (1946). Pada intinya model ini
pada pemikiran Keynes (1936) yang menekankan
pentingnya aspek permintaan dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang. Dalam model Harrod-Domar,
pertumbuhan ekonomi akan ditentukan oleh dua unsur pokok, yaitu tingkat tabungan (investasi) dan produktivitas modal
(capital output ratio). Agar dapat tumbuh secara berkelanjutan, masyarakat dalam
suatu perekonomian harus mempunyai tabungan yang merupakan
sumber investasi. Makin besar tabungan,
yang berarti makin besar investasi, maka akan semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi. Sebaliknya, makin rendah produktivitas kapital atau semakin tinggi capital output
ratio, makin rendah pertumbuhan ekonomi. Berbeda dengan Harrod-Domar yang memberikan
tekanan kepada pentingnya peranan modal, Arthur Lewis (1954) dengan model
surplus of labornya memberikan tekanan kepada peranan jumlah penduduk. Dalam
model ini diasumsikan terdapat penawaran tenaga kerja yang sangat elastis. Ini
berarti para pengusaha dapat meningkatkan produksinya dengan mempekerjakan tenaga kerja yang lebih
banyak tanpa harus menaikkan tingkat upahnya. Meningkatnya pendapatan yang dapat
diperoleh oleh kaum
pemilik modal akan mendorong investasi-investasi baru karena kelompok ini
mempunyai hasrat menabung dan menanam modal (marginal propensity to save and
invest) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kaum pekerja. Tingkat investasi
yang tinggi pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara itu berkembang
sebuah model pertumbuhan yang disebut neoklasik. Teori pertumbuhan neoklasik mulai memasukkan
unsur teknologi yang diyakini
akan berpengaruh dalam pertumbuhan
ekonomi suatu negara (Solow, 1957). Dalam teori neoklasik, teknologi dianggap
sebagai faktor eksogen yang tersedia untuk dimanfaatkan oleh semua negara di
dunia. Dalam perekonomian yang terbuka, di mana semua faktor produksi dapat berpindah
secara leluasa dan teknologi dapat
dimanfaatkan oleh setiap negara, maka pertumbuhan semua negara di dunia akan
konvergen, yang berarti kesenjangan akan berkurang. Teori pertumbuhan selanjutnya mencoba menemukan faktor-faktor lain di luar modal dan tenaga kerja, yang
mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu teori berpendapat bahwa investasi
sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan
produktivitas.Menurut Becker (1964) peningkatan produktivitas tenaga kerja ini dapat didorong melalui pendidikan
dan pelatihan serta peningkatan derajat kesehatan. Teori human capital ini
selanjutnya diperkuat dengan berbagai
studi empiris, antara lain untuk Amerika Serikat oleh Kendrick (1976).
Selanjutnya, pertumbuhan yang bervariasi
di antara negara-negara yang membangun
melahirkan pandangan mengenai teknologi bukan sebagai faktor eksogen, tapi
sebagai factor endogen yang dapat dipengaruhi oleh berbagai variabel kebijaksanaan (Romer, 1990). Sumber
pertumbuhan dalam teori endogen adalah meningkatnya stok pengetahuan dan ide
baru dalam perekonomian yang mendorong tumbuhnya daya cipta dan inisiatif yang
diwujudkan dalam kegiatan inovatif dan produktif. Ini semua menuntut kualitas
sumber daya manusia yang meningkat.
Transformasi
pengetahuan dan ide baru tersebut dapat terjadi melalui kegiatan perdagangan
internasional, penanaman modal, lisensi, konsultasi, komunikasi, pendidikan,
dan aktivitas R & D.Mengenai peran perdagangan dalam pertumbuhan, Nurkse (1953) menunjukkan bahwa perdagangan
merupakan mesin pertumbuhan selama abad
ke-19 bagi negara-negara yang sekarang termasuk dalam kelompok negara maju
seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Pada abad itu
kegiatan industri yang termaju terkonsentrasi di Inggris. Pesatnya perkembangan
industri dan pertumbuhan penduduk di Inggris yang miskin sumber alam telah meningkatkan permintaan bahan baku
dan makanan dari negara-negara yang
tersebut di atas. Dengan demikian, pertumbuhan yang terjadi
di Inggris menyebar ke negara lain
melalui perdagangan internasional. Pandangan-pandangan yang berkembang dalam
teori-teori pembangunan terutama di bidang ekonomi memang mengalir
makin deras ke arah manusia (dan dalam konteks
plural ke arah masyarakat atau rakyat) sebagai pusat perhatian dan sasaran sekaligus pelaku utama pembangunan (subjek dan objek
sekaligus). Salah satu harapan atau anggapan dari pengikut aliran
teori pertumbuhan adalah bahwa hasil pertumbuhan akan dapat dinikmati
masyarakat sampai di lapisan yang paling bawah.
Namun, pengalaman pembangunan dalam tiga dasawarsa (1940-1970)
menunjukkan bahwa yang terjadi adalah
rakyat di lapisan bawah tidak senantiasa
menikmati cucuran hasil pembangunan seperti
yang diharapkan itu. Bahkan di banyak negara kesenjangan sosial ekonomi makin melebar. Hal
ini disebabkan oleh karena meskipun pendapatan dan konsumsi makin meningkat,
kelompok masyarakat yang sudah baik
keadaannya dan lebih mampu, lebih dapat memanfaatkan kesempatan, antara lain
karena posisinya yang menguntungkan (privileged), sehingga akan memperoleh semua atau
sebagian besar hasil pembangunan. Dengan demikian, yang kaya makin kaya dan
yang miskin tetap miskin bahkan dapat menjadi lebih miskin. Cara pandang di
atas mendominasi pemikiran-pemikiran pembangunan (mainstream economics) dekade
50-an dan 60-an dengan ciri utamanya bahwa pembangunan adalah suatu upaya
terencana untuk mengejar pertumbuhan ekonomi agregat. Dan, harus pula disadari
bahwa pemikiran semacam ini masih banyak pengikut dan pendukungnya sampai saat
ini walaupun bukti-bukti empiris dan uji teoritis
menunjukkan bahwa trickle down process tidak pernah terwujud khususnya di
negara-negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu, berkembang berbagai pemikiran untuk mencari
alternatif lain terhadap paradigma yang semata- mata memberi penekanan kepada pertumbuhan. Maka berkembang
kelompok pemikiran yang disebut
sebagai paradigma pembangunan sosia l yang tujuannya adalah untuk menyelenggarakan pembangunan yang lebih
berkeadilan. Salah satu metode yang umum
digunakan dalam menilai pengaruh dari pembangunan
terhadap kesejahteraan masyarakat adalah dengan mempelajari distribusi
pendapatan. Pembagian pendapatan berdasarkan kelas-kelas pendapatan (the size
distribution of income) dapat diukur dengan menggunakan kurva Lorenz atau
indeks Gini.
Selain distribusi pendapatan, dampak dan hasil pembangunan juga
dapat diukur dengan melihat tingkat kemiskinan (poverty) di suatu negara.
Berbeda dengan distribusi pendapatan yang menggunakan konsep relatif, analisis
mengenai tingkat kemiskinan menggunakan konsep absolut atau kemiskinan absolut.
Meskipun pembangunan harus berkeadilan, disadari bahwa pertumbuhan tetap penting.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembangunan tidak
akan pernah mencapai tujuannya jika selalu meninggalkan masyarakat. Pembangunan akan dinilai berhasil jika pembagunan tersebut
membawa sebuah perubahan kesejahteraan dalam masyarakat. Sehingga proses
pembagunan merupakan proses tawar menawar antara kebutuhan masyarakat dengan
keinginan pemerintah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembangunan, masyarakat
merupakan hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembangunan itu sendiri.Masyarakat yang
sejahtera pada taraf
awal pembangunan adalah suatu
masyarakat yang kebutuhan pokoknya terpenuhi. Kebutuhan pokok
itu mencakup pangan, sandang, papan, pendidikan dan
kesehatan. Namun hal itu saja tidak cukup, karena masyarakat yang sejahtera
harus pula berkeadilan. Dengan makin
majunya taraf kehidupan
masyarakat, maka masyarakat yang
sejahtera akan menikmati
kemajuan hidup secara berkeadilan. Keseluruhan upaya
itu harus membangun kemampuan
dan kesempatan masyarakat
untuk berperan serta dalam pembangunan
sehingga masyarakat bukan
hanya sebagai objek tetapi
juga subjek pembangunan. Upaya membangun kemajuan, kemandirian dan
kesejahteraan itu harus
dicapai pula dengan peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Yuwono,Teguh. 2001.
Manajemen Otonomi Daerah : Membangun Daerah Berdasar Paradigma Baru.
Semarang: Clyapps Diponegoro University.
Effendi,Bachtiar. 2002.
Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan (Cetakan Pertama). Yogyakarta: PT. Uhindo
dan Offset.
Supriady,Deddy dan
Riyadi. 2005. Perencanaan Pembangunan Derah. Jakarta: SUN.
iii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar