Bangtan Sonyeondan

Bangtan Sonyeondan

Minggu, 17 Juli 2016

pembangunan masyarakat



TUJUAN  PEMBANGUNAN  MASYARAKAT
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok  2
·        Febrini Sinaga                        (1152171004)
·        Itah Erlita                                (1152171007)
·        Elza Gusliranti Togatorop       (1151171008)
·        Nanda Pratama                       (1152 171008)
·        Sastra  Sibarani                      (1152171010)
·        Septi Nurhidayah                    (1152171012)
Dosen Pengampu: Dr. Nurlaila, M.Pd
Mata kuliah : Pembangunan Masyarakat

Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Medan
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatNyalah maka  kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini kami  mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Tujuan Pembangunan Masyarakat”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari tujuan pembangunan masyarakat.
Melalui kata pengantar kami  ini lebih dahulu meminta maaf dan memohon maklum bila isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.






Medan, September 2016
Penyusun

Kelompok 2



i





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................ ii
BAB I  PENDAHULUAN............................................................ 1
A.LATARBELAKANG  MASALAH.......................................... 1
B.RUMUSAN  MASALAH......................................................... 2
C. TUJUAN  PENDAHULUAN.................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................. 3
A.PENGERTIAN  PEMBANGUNAN  MASYRARAKAT......... 3
B.TUJUAN  PEMBANGUNAN.................................................. 4
C.PRINSIP-PRINSIP  PEMBANGUNAN MASYARAKAT....... 6
D.KONSEP-KONSEP PEMBANGUNAN.................................. 7
BAB III PENUTUP.................................................................... 13
KESIMPULAN.......................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................. iii 





BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya  dapat  dipastikan  akan  mengalami  apa yag dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan sutu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian dibandingkan dengan keadaan masyarakat pada masa lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, pada intinya merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus, ini arinya bahwa masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain tidaklah sama.
Perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan memengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yaitu meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan lainnya. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak memengaruhi  organisasi  sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan  kebudayaan  lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun  demikian, dalam  prakteknya di lapangan kedua  jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan. Dalam setiap prakteknya di lapangan, perubahan  sosial  dapat  terjadi  sangat lambat maupun sangat cepat.
B.   RUMUSAN MASALAH
Beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas, antara lain:
1.      Apa  pengertian   pembangunan masyarakat  ?
2.      Apa  tujuan  dari  pembangunan masyarakat  ?
3.     Apa saja prinsip pembangunan masyarakat ?
4.     Apa saja  konsep-konsep pembangunan ?
   C. TUJUAN  PENULISAN
1. Memahami pengertian pembangunan masyarakat.
2.  Memahami tujuan dari pembangunan masyarakat .
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembangunan masyarakat.
3. Memahami tujuan dari pembangunan masyarakat.









BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian pembangunan
Pembangunan diartikan sebagai suatu proses pembangunan yang menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan (growth) maupun perubahan (change) dalam kehidupan bersama (organisasi) sosial dan budaya atau dengan kata  lain usaha yang  direncanakan untuk mengadakan perubahan yang lebih baik Semua bangunan yang dibangun untuk membuat  fikiran  manusia  sehat. Hakekat  dari  pembangunan  yaitu  membangun diri  manusia  secara  seutuhnya  secara  emosional, fisik, intelektual dan perasaan.
Bagaimana  pembangunan  akan  dilakukan  jika  pola pikir manusia tidak sehat. Pembangunan  akan  bisa dilakukan jika masyarakat sudah mempunyai pola pikir  yang  sehat. Contohnya saja masyarakat yang ada di Kalijodo mereka disana tidak  memnpunyai  pola  pikir   yang   sehat, mereka  tidak  mau adanya pembangunan  dilakukan disana  dan mereka  tidak  mau  dipindahkan  ketempat  yang   lebih  bagus karena  mereka  berfikir  di  tempat  itulah mereka mendapat penghasilan  maka  dari  itu  disana  tidak bisa dilakukan pembanguna jika msayarakat disana memiliki pola pikir yang tidak sehat. Mereka tidak sadar jika pembangunan  dilakukan  dapat  merubah  hidup  mereka  menjadi  lebih  baik  lagi ,hal ini merupakan gambaran umum dari masyarakat luas (society).





B.   Tujuan pembangunan
Menurut Purwoko (dalam Yuwono 2001:54) mengemukakan terdapat tiga  tujuan pembangunan masyarakat yakni : 
1. Pembangunan masyarakat sebagai pengadaan pelayanan masyarakat interpretasi pembangunan masyarakat yang demikian merupakan kelengkapan dan strategi kebutuhan pokok. Pembangunan dalam hal ini identik dengan peningkatan pelayanan sosial dan pemberian fasilitas sosial, seperti kesehatan gizi, sanitasi, dan sebaigainya yang keseluruhannya meningkatkan kesejahteraan.
2. Pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana untuk mencapai tujuan sosial yang kompleks dan bervariasi. Di banyak Negara pembangunan masyarakat diartikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan-tujuan sosial yang lebih sublime dan sukar diukur seperti, keadilan, pemerataan, peningkatan budaya, kedaimaian pikiran, dan sebagainya.
3. Pembangunan sosial sebagai upaya terencana untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk berbuat. Anggapan dasar dari interpretasi pembangunan yang demikian adalah manusia dan bukan ekonomi dan teknologi yang menjadi fokus dan sumber pembangunan yang utama. Kehendak, komitmen dan kemampuan manusia sebagai anggota masyarakat merupakan sumber-sumber pembangunan yang strategi.
Keseluruhan upaya itu harus membangun kemampuan dan kesempatan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan  sehingga  masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi juga subjek pembangunan. Upaya membangun kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan itu harus dicapai pula dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Dengan  demikian, pemerintah  Indonesia telah membuat komitmen nasional untuk memberantas kemiskinan dalam rangka pelaksanaan  pembangunan  berkelanjutan (sustainable development). Dimana  pemerintah  dan semua perangkatnya dalam semua level, baik  pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota bersama-sama dengan berbagai unsur masyarakat memikul tanggungjawab utama untuk mewujudkan  pembangunan  berkelanjutan dan sekaligus memberantas kemiskinan.Selanjutnya, Talizuduhu Nddrana (1982:107) menguraikan tentang sasaran pembangunan masyarakat yaitu sebagai berikut : a. Peningkatan tarap hidup masyarakat, diusahakan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan swadaya masyarakat. dan juga sebagai usaha menggerakan partisifasi masyarakat. b. Partisifasi masyarakat dapat meningkat dalam upaya peningkatan tarap hidup masyarakat. c. Antara partisifasi masyarakat dengan kemampuannya berkembang secara mandiri, terhadap hubungan yang erat sekali, ibarat dua sisi mata uang tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Masyarakat yang berkemampuan demikian biasa membangun dengan atau tanpa partisifasi vertikal dari pihak lain. d. Kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dapat ditumbuhkan melalui intensifikasi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Lebih lanjut Talizuduhu Ndrana (1989: 170) berpendapat bahwa keempat sasaran pembangunan masyarakat diatas yatu perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat miskin, pembangkitan partisipasi masyarakat dan menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri tidak berdiri sendiri melainkan diusahakan agar satu berkaiyan dengan yang lainnya sehingga ketiganya sebuah paket usaha.



C.    Prinsip-Prinsip  Pembangunan  Masyarakat
Pembangunan masyarakat diselenggarakan atas dasar prinsip-prinsip keterpaduan, keberlanjutan, keserasian, kemampuan sendiri kederisasi. Prinsip keterpaduan mengandung arti bahwa program atau kegiatn pembangunan masyarakat disusun oleh, bersama, dalam dan untuk masyarakat atas dasar kebutuhan dan berbagai sumber yang tersedia untuk memenuhi kepentingan bersama dalam aspek kehidupan. Prinsip keberlanjutan, memberi arah bahwa pembangunan masyarakat itu tidak dilakukan sekaligus. Melainkan bertahap dan terus menerus menuju kearah yang lebih baik. Program yang telah berhasil merupakan titik awal untuk program berikutnya sedangkan suatu program yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menurut adanya kegiatan lanjutan. Prisip keserasian, mengandung makna bahwa program pembangunan masyarakat memperhatikan keserasian antara kebutuhan terasa yang diyatakan oleh perorangan, lembaga-lembaga dan pemerintah. Keserasian ini pun tercermin dalam kegiatan yang bertumpu pada kepentingan rakyat banyak dan pemerintah. Kegiatan dan sasaranya mengarah pada terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohaniah serta kseimbangan dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan. Keserasian itupun tercermin daqlam kegiatan yang bertumpu pada kepentingan rakyat banyak dan pemerintah. Kegiatan dan sasarannya mengarah pada terpenuhinya kebutuhan jasmaniah dan rohaniah serta keeimbangan dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan. Keserasian itupun tercermin antara kegiatan yang telah, sedang dan akan dilakukan.

D.   Konsep-Konsep  Pembangunan
Sebelum  kita  membahas hal-hal pokok mengenai konsep yaitu ada baiknya  kita  tinjau  terlebih  dahulu  konsep pembangunan yang pada  dasarnya  bertujuan  untuk  meningkatkan  kesejahteraan  manusia  dalam  arti  yang  luas. Dari konsep pembangunan tersebut setidaknya terdapat beberapa unsur  penting  yang sekaligus  merupakan  prasyarat  suatu  aktifitas  agar  dapat  dikatakan sebagai sebuah pembangunan, yaitu:
1.     Pembangunan sebagai sebuah pergeseran yang berjalan secara gradual dan  tak  berulang, setidaknya  mengandung  makna  bahwa pembangunan memiliki dinamika dari suatu rangkaian proses yang sistematis;
2.     Pembangunan memuat atau berisikan usaha-usaha atau realisasi atas rencana-rencana yang dibuat secara rinci, dalam hal ini pernyataan dimaksud sangat terkait dengan aktifitas eksplorasi, identifikasi, dan klasifikasi atas berbagai masalah dan potensi pembangunan;
3.     Bahwa  pembangunan  mencakup  tema-tema  penting  kehidupan  sebagai pokok perubahan dan pertumbuhan atau perbaikan, artinya pembangunan termotivasi atas usaha untuk memenuhi kebutuhan strategis manusia yang bersifat prioritas.
Konsep pembangunan dimaksud dalam konteks pengembangan masyarakat dapat dicermati sebagai suatu proses perencanaan pembangunan yang mengakomodasi aspirasi masyarakat, berdasarkan potensi sumberdaya yang ada untuk memenuhi kebutuhan prioritas dalam rangka kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan menurut  literatur-literatur  ekonomi  pembangunan seringkali didefinisikan sebagai suatu  proses  yang  berkesinambungan dari  peningkatan  pendapatan riil  perkapita  melalui  peningkatan  jumlah dan  produktivitas  sumber daya.  Dari pandangan itu lahir konsep-konsep mengenai pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi.Teori mengenai pertumbuhan  ekonomi dapat ditelusuri setidak-tidaknya sejak abad ke- 18. Menurut Adam Smith (1776) proses  pertumbuhan  dimulai apabila  perekonomian  mampu  melakukan  pembagian kerja (division of labor). Pembagian  kerja  akan meningkatkan bproduktivitas  byang  pada  gilirannya  akan  meningkatkan  pendapatan. Adam Smith juga menggaris bawahi pentingnya skala ekonomi. Dengan  meluasnya pasar, akan terbuka inovasi- inovasi baru  yang  pada  gilirannya  akan mendorong perluasan pembagian  kerja  dan  mendorong  pertumbuhan  ekonomi. Setelah Adam Smith bmuncul pemikiran-pemikiran yang berusaha mengkaji batas-batas pertumbuhan (limits to growth) antara lain Malthus (1798) Setelah Adam Smith, Malthus, dan Ricardo  yang disebut sebagai aliran klasik, berkembang teori pertumbuhan ekonomi modern dengan berbagai  variasinya  yang  pada  intinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu  yang menekankan pentingnya akumulasi modal (physical capital formation) dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (human capital).
Salah  satu  pandangan yang  dampaknya besar dan berlanjut hingga  sekarang adalah model pertumbuhan yang dikembangkan oleh Harrod (1948) dan Domar (1946). Pada intinya model ini pada pemikiran Keynes (1936) yang  menekankan  pentingnya  aspek  permintaan  dalam mendorong  pertumbuhan jangka  panjang. Dalam  model  Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi akan ditentukan oleh dua unsur pokok, yaitu  tingkat  tabungan (investasi) dan produktivitas modal (capital output ratio). Agar dapat tumbuh secara berkelanjutan, masyarakat dalam suatu perekonomian  harus  mempunyai  tabungan  yang  merupakan  sumber investasi. Makin besar tabungan, yang berarti makin besar investasi, maka akan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, makin rendah  produktivitas  kapital atau semakin tinggi capital output ratio, makin rendah pertumbuhan ekonomi. Berbeda dengan  Harrod-Domar  yang  memberikan tekanan kepada pentingnya peranan modal, Arthur Lewis (1954) dengan model surplus of labornya memberikan tekanan kepada peranan jumlah penduduk. Dalam model ini diasumsikan terdapat penawaran tenaga kerja yang sangat elastis. Ini berarti para pengusaha dapat meningkatkan  produksinya  dengan mempekerjakan tenaga kerja yang lebih banyak tanpa harus menaikkan tingkat upahnya. Meningkatnya  pendapatan  yang  dapat  diperoleh  oleh  kaum pemilik modal akan mendorong investasi-investasi baru karena kelompok ini mempunyai hasrat menabung dan menanam modal (marginal propensity to save and invest) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kaum pekerja. Tingkat investasi yang tinggi pada  gilirannya  akan  mendorong  pertumbuhan  ekonomi. Sementara  itu  berkembang  sebuah  model  pertumbuhan yang disebut  neoklasik. Teori  pertumbuhan  neoklasik  mulai  memasukkan  unsur  teknologi  yang  diyakini akan berpengaruh dalam  pertumbuhan ekonomi suatu negara (Solow, 1957). Dalam teori neoklasik, teknologi dianggap sebagai faktor eksogen yang tersedia untuk dimanfaatkan oleh semua negara di dunia. Dalam perekonomian yang terbuka, di mana semua faktor produksi dapat berpindah  secara leluasa dan teknologi dapat dimanfaatkan oleh setiap negara, maka pertumbuhan semua negara di dunia akan konvergen, yang berarti kesenjangan akan berkurang. Teori pertumbuhan  selanjutnya  mencoba  menemukan  faktor-faktor  lain di luar modal dan tenaga kerja, yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu teori berpendapat bahwa investasi sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan produktivitas.Menurut Becker (1964) peningkatan produktivitas tenaga  kerja ini dapat didorong melalui pendidikan dan pelatihan serta peningkatan derajat kesehatan. Teori human capital ini selanjutnya  diperkuat dengan berbagai studi empiris, antara lain untuk Amerika Serikat oleh Kendrick (1976). Selanjutnya, pertumbuhan yang  bervariasi  di antara negara-negara yang membangun melahirkan pandangan mengenai teknologi bukan sebagai faktor eksogen, tapi sebagai factor endogen yang dapat dipengaruhi oleh berbagai  variabel  kebijaksanaan (Romer, 1990). Sumber pertumbuhan dalam teori endogen adalah meningkatnya stok pengetahuan dan ide baru dalam perekonomian yang mendorong tumbuhnya daya cipta dan inisiatif yang diwujudkan dalam kegiatan inovatif dan produktif. Ini semua menuntut kualitas sumber daya manusia yang meningkat. 
Transformasi pengetahuan dan ide baru tersebut dapat terjadi melalui kegiatan perdagangan internasional, penanaman modal, lisensi, konsultasi, komunikasi, pendidikan, dan aktivitas R & D.Mengenai peran perdagangan dalam  pertumbuhan, Nurkse (1953) menunjukkan  bahwa  perdagangan  merupakan mesin pertumbuhan selama abad ke-19 bagi negara-negara yang sekarang termasuk dalam kelompok negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Pada abad itu kegiatan industri yang termaju terkonsentrasi di Inggris. Pesatnya perkembangan industri  dan  pertumbuhan  penduduk di Inggris yang miskin sumber alam  telah  meningkatkan  permintaan  bahan  baku  dan makanan dari negara-negara yang tersebut di atas. Dengan demikian, pertumbuhan  yang  terjadi  di Inggris menyebar ke negara lain melalui perdagangan internasional. Pandangan-pandangan yang berkembang dalam teori-teori  pembangunan  terutama  di bidang ekonomi  memang  mengalir  makin  deras ke arah manusia (dan dalam konteks plural ke arah masyarakat atau rakyat) sebagai pusat perhatian  dan  sasaran  sekaligus  pelaku  utama pembangunan (subjek dan objek sekaligus). Salah  satu  harapan atau anggapan dari pengikut aliran teori pertumbuhan adalah bahwa hasil pertumbuhan akan dapat dinikmati masyarakat sampai di lapisan yang paling bawah.  Namun, pengalaman pembangunan dalam tiga dasawarsa (1940-1970) menunjukkan  bahwa yang terjadi adalah rakyat di lapisan bawah  tidak senantiasa menikmati cucuran hasil pembangunan  seperti  yang  diharapkan  itu. Bahkan  di banyak negara  kesenjangan sosial ekonomi makin melebar. Hal ini disebabkan oleh karena meskipun pendapatan dan konsumsi makin meningkat, kelompok  masyarakat yang sudah baik keadaannya dan lebih mampu, lebih dapat memanfaatkan kesempatan, antara lain karena posisinya yang menguntungkan (privileged), sehingga akan memperoleh  semua  atau  sebagian besar hasil pembangunan.  Dengan demikian, yang kaya makin kaya dan yang miskin tetap miskin bahkan dapat menjadi lebih miskin. Cara pandang di atas mendominasi pemikiran-pemikiran pembangunan (mainstream economics) dekade 50-an dan 60-an dengan ciri utamanya bahwa pembangunan adalah suatu upaya terencana untuk mengejar pertumbuhan ekonomi agregat. Dan, harus pula disadari bahwa pemikiran semacam ini masih banyak pengikut dan  pendukungnya  sampai  saat  ini walaupun bukti-bukti empiris dan  uji  teoritis menunjukkan bahwa trickle  down  process tidak pernah terwujud khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Oleh  karena itu, berkembang  berbagai  pemikiran  untuk  mencari  alternatif  lain  terhadap  paradigma yang semata- mata  memberi  penekanan kepada pertumbuhan. Maka berkembang kelompok  pemikiran  yang  disebut  sebagai  paradigma  pembangunan  sosia l  yang  tujuannya  adalah  untuk menyelenggarakan  pembangunan  yang  lebih  berkeadilan. Salah satu metode yang umum  digunakan dalam menilai pengaruh dari pembangunan terhadap kesejahteraan masyarakat adalah dengan mempelajari distribusi pendapatan. Pembagian pendapatan berdasarkan kelas-kelas pendapatan (the size distribution of income) dapat diukur dengan menggunakan kurva Lorenz atau indeks Gini.
Selain  distribusi  pendapatan, dampak dan hasil pembangunan juga dapat diukur dengan melihat tingkat kemiskinan (poverty) di suatu negara. Berbeda dengan distribusi pendapatan yang menggunakan konsep relatif, analisis mengenai tingkat kemiskinan menggunakan konsep absolut atau kemiskinan absolut. Meskipun pembangunan  harus  berkeadilan, disadari   bahwa  pertumbuhan tetap  penting.












BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembangunan tidak akan pernah mencapai tujuannya jika selalu meninggalkan  masyarakat. Pembangunan akan dinilai berhasil jika pembagunan tersebut membawa sebuah perubahan kesejahteraan dalam masyarakat. Sehingga proses pembagunan merupakan proses tawar menawar antara kebutuhan masyarakat dengan keinginan pemerintah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembangunan, masyarakat merupakan hal yang sangat mempengaruhi  keberhasilan  proses  pembangunan itu sendiri.Masyarakat  yang  sejahtera  pada  taraf  awal  pembangunan adalah suatu masyarakat yang kebutuhan pokoknya terpenuhi. Kebutuhan  pokok  itu  mencakup  pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Namun hal itu saja tidak cukup, karena masyarakat yang sejahtera harus  pula berkeadilan. Dengan  makin  majunya  taraf  kehidupan  masyarakat, maka  masyarakat  yang  sejahtera  akan  menikmati  kemajuan  hidup secara  berkeadilan. Keseluruhan  upaya  itu  harus  membangun  kemampuan  dan  kesempatan  masyarakat  untuk  berperan serta dalam  pembangunan  sehingga  masyarakat  bukan  hanya  sebagai objek  tetapi  juga  subjek  pembangunan. Upaya  membangun kemajuan, kemandirian  dan  kesejahteraan  itu  harus  dicapai  pula dengan  peningkatan  kualitas   sumber  daya  manusia.   


DAFTAR PUSTAKA
Yuwono,Teguh. 2001. Manajemen Otonomi Daerah : Membangun Daerah Berdasar Paradigma Baru.  Semarang: Clyapps  Diponegoro University.
Effendi,Bachtiar. 2002. Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan (Cetakan Pertama). Yogyakarta: PT. Uhindo dan Offset.
Supriady,Deddy dan Riyadi. 2005. Perencanaan Pembangunan Derah. Jakarta: SUN.















iii
BTS - Jimin  - Park Ji Min