Bangtan Sonyeondan

Bangtan Sonyeondan

Minggu, 08 Januari 2017

pengantar sosiologi

Pengantar Sosiologi
Kelompok-kelompok sosial di dalam Masyarakat
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
                   Ira Natasya Tarigan                        1153371013
Mario Jonathan Sihombing            1153371018
Venansius Pinem                              1153371023
Ekstensi A







PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017






BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Didalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang paling penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat hubungan hubungan diantara mereka. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan tindakan sesorang menjadi bertambah luas. Misalnya, kalau seseorang bernyanyi, dia memerlukan reaksi, entah yang berwujud pujjian atau celaan yang kemudian merupakan dorongan bagi tindakan selanjutnya. Didalam memberikan reaksi tersebut ada satu kecendrungan manusia untuk memberikan keserasian dengan tindakan tindakan orang lain. Itu disebabkan oleh karena sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan diri lingkungan tersebut diatas, manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya. Didalam menghadapi alam sekelilingnya seperti udara yang dingin, alam yang kejam dan lainnya , manusia menciptakan rumah, pakaian dan lain lain. Manusia juga harus makan agar badannya tetap sehat. Untuk itu, dia dapat mengambil makanan sebagai hasil dari alam sekitarnya, dengan menggunakan akalnya. Dilaut, manusia akan menjadi nelayan untuk menangkap ikan; apabila alam sekitarnya hutan maka manusia akan berburu untuk mencari makanannya. Semua itu menimbulkan kelompok kelompok sosial atau social-group didalam kehidupan manusia ini. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama.
Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis, tapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya.manusia merupakan mahluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan rohaniah (jiwa). Segi rohaniah manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan akan menghasilkan kehendak yang kemudian menjadi sikap tindak.  Sikap tindak itulah yang kemudian menjadi landasan gerak segi jasmaniah manusia.

2.      Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami lebih mendalam lagi tentang pembahasan kelompok sosial dalam masyarakat sekaligus sebagai salah satu syarat dalam menempuh perkuliahan pada mata kuliah pengantar sosiologi.

3.      Batasan Masalah
Mengingat banyaknya kelompok-kelompok didalam masyarakat, sehingga penulis mencoba menafsirkan beberapa kelompok-kelompok sosial yang sering ada di masyarakat, mulai dari kelompok yang baik dan tidak baik. 

4.      Rumusan Masalah

1.      Apa saja yang dimaksud kelompok sosial ?
2.      Bagaimana kelompok sosial yang ada didalam kehidupan masyarakat?












BAB II
       PEMBAHASAN
1.     Kelompok Sosial
Kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari indivdu-individu yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan bersama. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, istilah kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotanya dan saling berinteraksi. Kelompok sosial juga memiliki ciri-ciri tertentu seperti persamaan identitas.
Menurut Soejono Soekanto, kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan yang hidup bersama karena adanya hubungan antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi.
Menurut Robert Bierstedit, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedit kemudian membagi kelompok menjadi empat macam ;
·      Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh : Kelompok penduduk usia 10-15 tahun sebuah kecamatan.
·      Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyaui organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
·      Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi  tidak terikat dalam ikatan organisasi.
·      Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyaikesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Contoh : Negara dan Sekolah.


2.  Tipe-tipe kelompok sosial
a.   Kelompok sosial dipandang dari sudut individu
`Seorang warga masyarakat yang masih bersahaja susunannya, secara relative menjadi anggota pula dari kelompok-kelompok kecil lain secara terbatas. Kelompok sosial termaksud biasanya adalah atas dasar kekerabatan,usia dan kadang-kadang atas dasar perbedaan pekerjaan atau kedudukan. Keanggotaan masing masing kelompok sosial tadi, memberikan kedudukan atau prestise  tertentu yang sesuai dengan adat istiadat dan lembaga kemasyarakatan didalam masyarakat. Namun yang penting adalah bahwa keanggotaan pada kelompok sosial (termasuk pula masyarakat-masyarakat yang masih sederhana) tidak selalu bersifat sukarela.
Dalam masyarakat yang sudah kompleks, individu biasanya menjadi anggota dari kelompok sosisal tertentu sekaligus, misalnya atas dasar ras dan sebagainya. Akan tetapi, dalam hal lain seperti dibidang pekerjaan, rekreasi dan sebagainya, keanggotaannya bersifat sukarela. Dengan demikian maka terdapat derajat tertentu serta arti tertentu bagi individu-individu tadi, sehubungan dengan keanggotaan kelompok sosial yang tertentu, sehingga bagi indidvidu terdapat dorongan-dorongan tertentu pula sebagai anggota suatu kelompok sosial. Suatu ukuran lainnya bagi si individu adalah bahwa dia merasa lebih tertarik pada kelompok-kelompok sosial yang dekat dengan kehidupan seperti keluarga, kelompok kekerabatan dan rukun tetangga . Apabila kelompok sosial dianggap sebagai kenyataan didalam kehidupan manusia/individu. Juga harus diiingat pada konsep-konsep dan sikap sikap individu terhadap kelompok sosial sebagai kenyataan subyektif yang penting untuk memahami gejala kolektivitas.
b.   Ingrup dan outgrup
Bentuk kelompok sosial mendasarkan pada kepentingan, dan seseorang mengidentifikasikan dirinya apakah termasuk ingroup maupun outgroup tergantung juga pada situasi situasi sosial tertentu serta sikap perasaannya.
Sikap ingroup biasanya menunjukkan adanya faktor simpati dan perasaan yang dekat di antara anggota-anggota kelompoknya. Sebaliknya, sikap outgroup menunjukkan adanya faktor antipasti dengan anggota kelompok lainnya.
Sikap perasaan terhadap anggota in group adalah sikap perasaan terhadap orang dalam, sedangkan sikap perasaan outgroup adalah sikap perasaan terhadap semua orang termasuk orang luaran.
Perasaan ingroup terhadap orang orang dapat bervarian dan sikap ramah tamah dan good will sampai menjadi solidaritas mati-matian, begitu juga halnya sikap “outgroup” dapat berubah dari sikap menyisihkan oranglain sampai sikap bermusuhan.

c.    Kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group)
Menurut Cooley, kelompok ditandai dengan adanya hubungan yang erat dimana anggota-anggotanya saling mengenal dan sering kali berkomunikasi secara langsung berhadapan muka (face to face) serta terdapat kerjasama yang bersifat pribadi atau adanya atau adanya ikatan psychologis dan hubungan yang bersifat pribadi inilah, maka akan terjadi peleburan-peleburan daripada individu individu dalam suatu kelompok, sehingga tujuan tujuan  individu menjadi juga tujuan kelompoknya.
·      Kondisi-kondisi fisik kelompok primer
1.      Tidak cukup hanya hubungan saling mengenal saja, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa anggota-anggotanya secara fisik harus saling berdekatan
2.      Jumlah anggotanya harus kecil,agar supaya mereka dapat saling kenal dan saling bertemu muka
3.      Hubungan antara  anggota-anggotanya agak permanen
·      Sifat-sifat hubungan primer
1.      Sifat utama hubungan primer, yaitu adanya kesamaan tujuan di antara para anggotanya yang berarti bahwa masing-masing individu mempunyai keinginan dan sikap yang sama dalam usahanya untuk mencapai tujuan, serta salah satupihak harus rela berkorban demi untuk kepentingan pihak lainnya.
2.      Hubungan primer ini harus secara sukarela, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan tidak merasakan adanya penekanan-penekenan, melainkan semua anggota akan merasakan adanya kebebasan.
3.      Hubungan primer bersifat dan jugainklusif, artinya hubungan yang diadakan itu harus melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat digantikan oleh orang lain, dan bagi mereka yang mengadakan hubungan harus menyangkut segala kepribadiannya, misalnya perasaannya, sifat-sifatnya, dan sebagainya.
·         Kelompok-kelompok yang konkret dan hubungan primer
        Kelompok primer seperti yang digambarkan di atas kenyataan tidak terdapat pada masyarakat, artinya tidak terdapat kelompok primer yang sempurna sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan di atas
        Selain hal-hal yang dikemukakan di atas, perlu pula ditambahkan bahwa kelompok primer ini dapat menguntungkan terhadap individu dan juga dapat membantu perkembangan individu. Adapun hal-hal yang menguntungkan terhadap individu dapatlah disebutkan sebagai berikut ;
1.  Dapat menunjang sifat-sifat baik manusia serta memberikan kekuatan dan dorongan kepada individu, sehingga dapat mengurangi sifat-sifat individu yang lemah
2.   Dapat mepertebal ketergantungan individu terhadap kelompoknya
3.   Semua hal didasarkan pada perasaan, artinya reaksi-reaksiyan g diperlihatkan oleh masing-masing individu dalam kelompok didasarkan atas perasaan
Jadi, kelompok primer ini sangat bergunan sekali bagi individu, baik dalam hal kepentingan maupun keamanan individu sehubungan dengan adanya hubungan yang erat di antara para anggotanya.  Contohnya : kelompok bermain, kelompok kerja, dan sebagainya.
Sedangkan pada kelompok sekunder merupakan kebalikannya baik mengenai kondisi maupun sifat-sifatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok primer ini mempunyai kondisi dan sifat-sifat sebagai berikut;

1.      Jumlah anggotanya banyak, sehingga anggotanya tidak saling mengenal
2.      Hubungan renggang dimana anggotanya tidak perlu saling mengenal secara pribadi
3.      Sifatnya tidak permanen
4.      Hubungan cenderung pada hubungan formal, karena sedikit sekali terdapat kontak di antara para anggotanya, dan baru terdapat kontak apabila ada kepentingan dan tujuan tertentu saja.
Dengan melihat ciri-ciri tersebut di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa di antara para anggotanya tidak terdapat loyalitas terhadap kelompoknya sehingga tidak tercapai kesejahteraan bersama seperti dalam kelompok primer.
d.      Paguyuban (Gemeinschsft) Dan Patembayan (Gesellschsft)
           Paguyaban merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya.
           Sebaliknya, patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat dumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk patembayan terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbale-balik, misalnya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industry, dan lain sebagainya.
           Menurut Tonnies ada beberapa ciri-ciri pokok dari suatu paguyuban antara lain ;
·         Intimate, yaitu hubungan menyeluruh yang mesra
·         Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja
·         Exclusive,yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang-orang lain di luar “kita”.
     Di dalam paguyuban terdapat  suatu kemauan bersama (common  will), ada suatu pengertian (understanding) serta juga kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan antara anggota suatu paguyuban, pertentangan tersebut tidak akan dapat diatasi dalam suatu hal saja. Hal itu disebabkan karena adanya hubungan yang menyeluruh antara anggota-anggotanya. Tak mungkin suatu pertentangan yang kecil diatasi karena pertentangan tersebut akan menjalar ke bidang-bidang lainnya.
   Tipe-tipe paguyuban, yaitu sebagai berikut ;
·         Paguyuban karena ikatan darah, yaitu paguyuban yangmerupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh : keluarga, kelompok kekerabatan.
·         Paguyuban karena tempat, yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong. Contoh : rukun tetangga, rukun warga, arisan.
·         Paguyuban karena jiwa dan pikiran, yaitu yang merupakan suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, ideology yang sama. Paguyuban semacam ini biasanya ikatannya tidaklah sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.
e.       Formal Grup dan Informal Grup
            Apabila beberapa orang bekerja, mungkin karena mereka bertujuan untuk mencapai sesuatu sasaran. Kalau orang-orang tersebut setuju untuk melakukan sesuatu, maka mereka akan memerlukan organisasi. Untuk mencapai tujuan, diperlukan suatu tata cara untuk bekerja. kadang-kadang mereka bersetuju untuk mencapai tujuannya yang bersifat informal, yaitu mereka bekerja secara implicit. Akan tetapi apabila terdapat begitu banyak orang, maka manusia menentukan tata cara untuk mengatur akitivitas. Mengatur aktivitas memerlukan organisasi yang diberangkatkan pada kepentingan bersama.
            Usaha-usaha kolektif para anggota organisasi disebut sebagai melakukan hal-hal yang bersifat formal, karena didasarkan pada organisasi yang memperjuangkan kepentingan bersama. Unsure-unsur organisasi merupakan bagian-bagian fungsional yang berhubungan. Tenaga kerja sebuah pabrik, misalnya, mengorganisasikan diri untuk mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan dirinya, walaupun organisasi manajemen mementingkan kebutuhan majikan. Organisasi memerlukan pencapaian tujuan dan itu mencakup berbagai kepentingan. Misalnya, angkatan bersenjata, perusahaan, sekolah, rumah sakit, perkumpulan professional, dan seterusnya.
            Kriteria rumusan orgnisasi formal atau formal grup merupakan keberadaan tatacara untuk memobilasasikan dan mengkoordinasikan usaha-usaha, yang mencapai tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Apabila hubungan-hubungan antar anggota-anggota formal grup (disebut organisasi) dan semua kegiatan didasarkan pada aturan-aturan yang sebelumnya sudah ditentukan, maka tidak semua masalah dapat ditanggulangi. Proses interaksi sosial dan kegiatan-kegiatan dalam organisasi tidak mungkin semua dapat ditegakkan.
            Dengan demikian formal grup adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan  antara anggota-anggotanya. Informal grup tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan itu menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama. Contoh lain adalah klik (clique) suatu kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Klik tersebut ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal-balik antar anggota, biasanya hanya bersifat “antara kita” saja.  
f.       Membership Group dan Reference Group
            Membership group merupakan kelompok dimana setaip orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Batas-batas apa yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang pada suatu kelompok secara fisik, tidak dapat dilakukan secara mutlak. Hal ini disebabkan karena perubahan-perubahan keadaan. Situasi yang tidak tetap akan mempengaruhi derajat interaksi didalam kelompok tadi, sehingga ada kalanya seseorang anggota tidak begitun sering berkumpul dengan kelompok tersebut, walaupun secara resmi dia belum keluar dari kelompok yang bersangkutan. Keadaan demikian dapat dijumpai, misalnya, pada informal group.
            Kriteria tersebut yang sedikit banyak tergantung pada keadaan, menimbulkan ketidakpastian pula pada ukuran ukuran apakah yang dipakai bagi seseorang yang bukan anggota kelompok tersebut( nonmembership). Kelompok “bukan anggota” dapat pula dipecah pecah atas beberapa kategori yaitu :
·         Orang orang bukan anggotasesuatumembership group yang tidak memenuhi syarat, dapat dibedakan dari bukan yang memenuhi syarat tetapi tidak berafiliasi dengan kelompok yang bersangkutan. Pembedaan tersebut penting untuk mengetahui persyaratan apa yang diperlukan supaya orang-orang bukan anggota tadi berorientasi pada norma-norma yang berlaku dalam kelompok sosial itu. Orang orang bukan anggota yang memenuhi syarat biasanya lebih mudah menyesuaikan diri dengan norma kelompok tersebut.
·         Sikap terhadap keanggotaan kelompok
Orang orang bukan anggota juga dapatdibedakan menurut sikap mereka terhadap keanggotaan kelompok tadi. Ada yang ingin sekali menjadi anggota kelompok, ada juga yang bersikap masa bodoh, dan ada juga yang tetap tidak ingin untuk menjadi anggota-anggota.
·         Kelompok terbuka dan tertutup
Faktor ini bersangkut-paut dengan ersoalan apakah suatu kelompok ingin memeperluas keanggotaannya atau ingin memepertahankan bentuknya yang sudah ada (terbatas keanggotaannya). Kelompok-kelompok yang tertutup biasanya ingin memepertahankan pola pola interaksi yang telah ada, sehingga keanggotaannya terbatas. Suatu contoh adalah informal group dari orang-orang yang berasal dari srata sosial tertentu, ataupun kelompok-kelompok atas dasar kepentingan-kepentingan yang sama, keahlian yang sama dan sebagainya. Kelompok terbuka, misalnya partai politik yang ingin mempunyai pengikut sebanyak banyaknya. Hal ini penting bagi partai bersangkutan agar programnya  mendapat dukungan masyarakat.
·         Ukuran waktu bagi bukan anggota
      Ukuran waktu menyangkut orang yang pernah menjadi anggota dan orang-orang yangsecara formal tidak mau menjadi anggota. Faktor ini juga penting dalam hubungannya dengan reference group.
Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan perkataan lain, seseorang yang bukan anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tadi. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menjadi mahasiswa, tetapi gagal memenuhi persyaratan untuk memasuki salah satu Perguruan Tinggi, bertingkah laku seperti mahasiswa, walaupun dia buka mahasiswa.Robert K. Merton dengan menyebut beberapa hasil karya Harrold H. Kelley, Shibutani dan Ralph H. Turner mengemukakan adanya dua tipe umum Reference group yakni :
·      Tipe normative (normative group) yang menentuka dasar-dasar bagi kepribadian seseorang, dan
·      Tipe perbandingan (comparison group) yang merupakan pegangan bagi individu didalam menilai kepribadiannya.
Yang pertama merupakan sumbernilai bagi individual baik yang menjadi anggota maupun bukan anggota kelompok. Contohnyaadalah anggota angkatan bersenjata yang berpegang teguh pada tradisi yang telah dipelihara oleh para veteran.
Tipe kedua lebih dipakai sebagai perbandingan untuk menentukan kedudukan seseorang, misalnya status ekonomi seseorang dibandingkan denga status ekonomis dari orang-orang semasyarakat.




3. Kelompok kelompok sosial yang tidak teratur
      Setelah membicarakan kelompok sosial yang teratur maka kini tiba waktunya untuk secara garis besar menguraikan kelompok kelompok sosial secara relative tidak teratur, misalnya kerumunan, public, dan lain sebagainya, beserta bentuk-bentuknya. Bermacam-macam bentuk kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur tadi, pada dasarnya dapat dimasukkan kedalam dua golongan besar yaitu kerumunan dan publik.
A.    Kerumunan (crowd)
        Setiap kenyataan adanya manusia berkumpul, sampai batas-batas tertentu juga menunjuk pada adanya suatu iikatan sosial tertentu. Walaupun mereka saling berjumpa dan berada di satu tempat secara kebetulan, misalnya di stasiun kereta api, namun kesadaran akan adanya orang lain telah membuktikan bahwa ada semacam ikatan sosial. Kesadaran tersebut menimbulkan peluang-peluang untuk dapat ikut merasakan perasaan oranglain yang berada ditempat yang sama.
        Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiranorang-orang secara fisik. Sedikit banyaknya batas kerumunan adalah sejauh mata dan selama telinga dapat mendengarkannya.kerumunan tersebut segera mati, setelah orang-orangnya bubar;dan karena itu kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer)
        Kerumunan jelas tidak terorganisasi. Ia dapat mempunyai pimpinan, akan tetapi tidak mempunyai sistem pembagian kerja maupun system pelapisan sosial.Artinya, interaksi didalamnya bersifat spontan dan tak terduga, serta orang orang yang hadir dan berkumpul mempunyai kedudukan sosial yang sama. Identitas sosial sesseorang biasanya tenggelam apabila orang yang bersangkutan ikut serta dalam suatu kerumunan.
        Untuk membubarkan suatu kerumunan, diperlukan usaha-usaha mengalihkan pusat perhatian. Itu dapat dilakukan misalnya dengan mengupayakan agar individu-individu sadar kembali akan kedudukan perana yang sesungguhnya.usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan menakuti mereka. Misalnya demonstrasi, kadang-kadang dibubarkan dengan gas airmata atau dengan tembakan senjata api dan lain lain.seringkali pula diusahakan untuk memecah-mecah pendapat umum kerumunan tersebut, sehingga terjadi pertentanganantara mereka sendiri.
        Individu-individu yang merupakan suatu kerumunan, berkumpul secara kebetulan disuatu tempat dan juga pada waktu yang seringkali terjadi bahwa yang menjadi sebab adalah penggunaan fasilitas yang sama dalam memenuhi keinginan pribadinya. Misalnya, membeli karcis kereta api untuk berpergian, antri karcis bioskop, memesan makan pada cafeteria sekolah pada waktu istirahat, menonton pertandingan sepakbola di stadion dan lain lain. Semua itu terjadi sebagai penyaluran keinginan ataupun ketegangan yang terdapat didalam diri seseorang.
        Sering dikatakan bahwa kerumunan timbul dalam celah-celah organisasi sosial suatu masyarakat. Sifatnya yng sementara tidak memungkinkan terbentuknya tradisi dan kebudayaan yang tersendiri. Alat alat pengendalian sosial juga tidak dipunyainya karena sifatnya yang spontan. Bahkan norma norma dalam masyarakat sering membatasi terjadinya kerumunan.
        Dengan demikian secaragaris besar dapat dibedakanantara pertama ,kerumunan yang berguna bagi organisasi sosial masyarakat, secara timbul dengan sendirinya tanpa diduga sebelumnya. Kedua, pembedaan antara kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan keingina pribadi. Atas dasar pembedab-pembedaan tersebut ditarik suatu garis perihal bentuk-bentuk umum kerumunan, sebagai berikut:
a.       Kerumunan yang beratikulasi dengan struktur sosial:
·         Khalayak penonton ataupendengar yang formal(formal audience) merupakan kerumunan kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, akakn tetapi sifatnya pasif. Contohnya adalah penonton film,orang orang yang menghadiri acara khotbah agama.
·         Kelompok ekspresif  yang telah direncanakan(planned expressive group) adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tak begitu penting akan tetapi mempunyaipersamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkan. Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang dialam orang karena pekerjaan sehari-hari. Contohnya orang yangberpesta, berdansa, dan sebagainya.
b.                     Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds) :
·         Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenien aggregations) adalah orang orang yang antri karcis, orang orang yang menunggu bis dan sebagainya. Dalam kerumunan itu kehadiran orang orang lain merupaka halangan terhadap tercapainya maksud seseorang.
·         Kerumunan orang orang yangsedang dalam keadaan panic(panic crowds) yaitu orang orang yang bersama sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya. Dorongan dalam diri individu-individu dalam kerumunan tersebut mempunyai kecendrungan untuk mempertinggi rasa panic.
·         Kerumuna penonton (spectator crowds) yang terjadi karena ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton akan tetapi bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan, sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya tak terkendalikan.
c.       Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowds)
·         Kerumunan yang tidak emosional (acting mobs)
Kerumunan semacam ini bertujuan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Biasanya kumpulan orang-orang tersebut bergerak karena karena merasakan bahwa hak-hak mereka diinjak-injak atau karena tak adanya keadilan.
·         Kerumunan yang bersifatimmoral (immoral crowds)
Hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah bahwa pertama bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Contohnya adalah orang-orang yang mabuk.
B. Publik
      Berbeda dengan kemampuan, public lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidaqk langsung melalui alat-alat kominukasi seperti misalnya pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat  kabar, radio, televisi, film dan lain sebagainya. Alat-alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena jumlahnya yang sangat besar, tak ada pusat perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga tak ada.
      Setiap aksi publik prakarsaiolwh keinginan individual (misalnya pemungutan suara dalam pemilihan umum), dan ternyata individu-individu dalam suatu public masih mempunyai kesadaran akan kedudukan sosial yang sesungguhannya dan juga masih lebih mementingkan kepentingan-kepentingan pribadi daripada mereka yang tergabung dalam kerumunan. Dengan demikian tingkah laku pribadi kelakukan publikdidasarkan pada tingkah laku atau perilaku pribadi.untuk memudahkan mengumpulkan publik tersebut digunakan cara-cara dengan menggandengkan nilai-nilai sosial atau tradisi masyarakat bersangkutan, atau dengan menyiarkan pemberitaan-pemberitaan, baik yang benar maupun yang palsu sifatnya.













Bab III
Penutup
1.      Kesimpulan
            Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan yang hidup bersama karena adanya hubungan antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. Kelompok sosial dipandang dari sudut individu, Kelompok sosial termaksud biasanya adalah atas dasar kekerabatan,usia dan kadang-kadang atasdasar perbedaan pekerjaan atau kedudukan. Ingrup dan outgrip, bentuk kelompok sosial mendasarkan pada kepentingan, dan seseorang mengidentifikasikan dirinya apakah termasuk ingroup maupun outgroup tergantung juga pada situasi situasi sosial tertentu serta sikap perasaannya.
Kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group), Paguyuban (Gemeinschsft) Dan Patembayan (Gesellschsft), Paguyaban merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal, sedangkan patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka serta strukturnya bersifat mekanis.
Formal Group dan Informal Group. Membership Group dan Reference Group, membership group merupakan kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut, sedangkan Reference Group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
Kelompok sosial yang tidak beraturan, seperti Kerumunan dan Publik. Yang dimana keduanya ini tidak didasarkan oleh kepentingan yang mendasar dan tujuannya tidak terlalu jelas, kelompok ini sering ditemukan diberbagai kegiatan semua orang dan hanya membicarakan hal-hal yang tidak penting untuk anggota kelompoknya sendiri. Jika keduanya dibedakan kerumunan tidaklah terorganisasi dan public tidak merupakan kesatuan.
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
Bab I : Pendahuluan......................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang................................................................................................. 4
1.2. Tujuan Penulisan............................................................................................... 5
1.3. Batasan Masalah............................................................................................... 5
1.4. Rumusan Masalah............................................................................................. 5
Bab II : Pembahasaan....................................................................................................... 6
2.1.   Kelompok Sosial ...........................................................................................   6
2.2.   Tipe-Tipe Kelompok Sosial ............................................................................. 7
2.3.   Kelompok Sosial Tidak Teratur........................................................................ 15
Bab III : Penutup............................................................................................................... 19
1.1.Kesimpulan ....................................................................................................... 19
Daftar Pustaka................................................................................................................... 20





Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih  atas bantuan isi materi kepada Bapak Prof, Dr Ibnu Hajar, M.si selaku dosen mata kuliah. Adapun makalah ini tentang Kelompok Sosial di dalam Masyarakat.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.















 

 
                                   

BTS - Jimin  - Park Ji Min